Alasan Mengapa Ulama Saleh Justru Takut Ketika Hendak Shalat

Alasan Mengapa Ulama Saleh Justru Takut Ketika Hendak Shalat

530
0
SHARE
Ilustrasi. Berzikir Menunggu Penyelenggaraan Shalat Berjamaah di Masjid Kampus Peradaban Ponpes Yadul 'Ulya.

Rabu 29 Jul 2020 13:54 WIB
Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah

Shalat.

“Para ulama saleh dulu justru takut ketika hendak menunaikan sholat”

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Shalat merupakan ibadah yang menghubungkan langsung seorang hamba dengan Allah SWT sebagai penciptanya. Maka sebagian orang-orang di kalangan saleh akan merasa takut ketika hendak melakukan shalat.

Seperti dikisahkan dalam kitab Fadhail Al-A’mal, karangan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi. Para kaum saleh masa lalu saling bertanya tentang shalatnya. Ini sebagaimana dilakukan Syekh Isham yang bertanya kepada Syekh Hatim Zahid Balkhi.

Santri Ponpes Yadul ‘Ulya Garut Khusyu Berdo’a Menunggu Waktu Shalat Berjamaah.

Syekh Isham bertanya, “Bagaimana engkau melakukan shalat?”

Syekh Hatim menjawab, “Pertama-tama aku menyempurnakan wudhu dengan penuh kehati-hatian, lalu setelah sampai di tempat shalat, aku akan berdiri dengan penuh tuma’ninah, seolah-olah Ka’bah berada di depanku, shirath (jembatan) di bawah kakiku. Surga di sebelah kananku dan neraka di sebelah kiriku, seolah-olah malaikat pencabut nyawa berada di atas kepala ku dan aku merasa inilah shalatku yang terakhir.

Mungkin tidak ada lagi shalat begitu setelah ini, setelah serta aku meyakini Allah SWT mengetahui keadaan hatiku. Kemudian dengan penuh kerendahan aku mengucapkan takbir dan membaca ayat-ayat al-quran dengan menghayati maknanya. Dengan penuh tawadhu aku ruku, dan dengan penuh perasaan hina aku sujud kemudian dengan penuh kehati-hatian aku selesaikan shalatku.

Selanjutnya dengan penuh harap aku memohon semoga Allah SWT dengan rahmatnya agar menerima shalatku. Dan dengan rasa takut serta khawatir jangan-jangan Allah menolak semua amalku.”

Mendengar cerita Syekh Hatim Zahid, Syekh Ishom bertanya. “Sudah berapa lama engkau shalat seperti itu? “

Syekh Hati menjawab, “Sudah 30 tahun.”

Mendengar hal itu Syekh Ishom menangis dan berkata, “Satu kali pun aku belum pernah shalat seperti itu.”

Diceritakan bahwa Syekh Hatim pernah tinggal satu kali shalat berjamaah. Ia begitu bersedih, maka satu dua orang kawannya mengunjunginya.

Ia menangis dan berkata, “Jika salah seorang anakku meninggal dunia, maka separuh penduduk kota Balkh ini akan bertakziah kepadaku (menurut riwayat, ketika anaknya meninggal dunia 1.000 orang lebih bertakziah kepadanya) tetapi jika aku tinggal shalat berjamaah, hanya satu dua orang yang menjenguk. Demikian pandangan manusia, musibah agama itu lebih ringan daripada musibah dunia.”

********

Republika.co.id/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY