Yadul ‘Ulya – DT Peduli Gelar Diklatsar Asatidz

Yadul ‘Ulya – DT Peduli Gelar Diklatsar Asatidz

836
0
SHARE
Lintasan Hutan Situ Cibeureum.
Buku yang Mengupas Siklus Seratus Tahunan Bencana Puncak Amuk Sungai Cimanuk Garut, Terbitan Garut News.

“Berkolaborasi Wujudkan Tangguh Bencana”

Garut News ( Sabtu, 12/10 – 2019 ).

Sedikitnya 20 Asatidz maupun Ustadz laki laki Ponpes Modern Digital Yadul ‘Ulya Kampung Panawuan Sukajaya Tarogong Kidul Garut, Jawa Barat, bersama 30 Asatidz DT Peduli mengikuti ‘Pendidikan dan Latihan search and rescue’ (Diklatsar) di Cibeureum.

Penyelenggaraan diklat kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana tersebut, terselengara atas kerjasama atau kolaborasi Kuttab Yadul ‘Ulya dengan DT Peduli.

Kuttab Yadul ‘Ulya.

Digelar di kawasan Hutan Cibeureum selama tiga hari pada 18-20 Oktober 2019, lantaran latihan operasi SAR tak hanya pada daerah bermedan berat seperti di laut, dan gurun pasir, melainkan bisa pula dilaksanakan di daerah perkotaan sekalipun, ungkap Pimpinan Ponpes Yadul ‘Ulya, M. Angga Tirta.

“Dengan target utamanya setiap seluruh pesertanya memiliki ketrampilan dan teknik yang tak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya, sehingga mereka tangguh menghadapi bencana,” imbuh Angga Tirta.

Ke depan latihan operasi SAR dapat digelar terhadap musibah penerbangan pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, juga pada musibah pelayaran jika kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lainnya.

Juga pada musibah kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api, gempa bumi, angin puting beliung, letusan gunungapi, banjir, tanah longsor, tanah bergerak maupun bencana hidrometeorologi.

M. Angga Tirta (paling kiri) Bersama Kepala Cabang DT Peduli Garut, Nanang Abdul Azis, M.Si (paling kanan).

Karena itu ungkap Angga Tirta, Diklat SAR pun salah satu rangkaian siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Terdiri pencegahan (mitigasi), kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery), sedangkan operasi SAR bagian tindakan tanggap darurat.

“Garut Miliki Banyak Potensi Bencana”

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Garut, Agus Sofyan mengajak bersama wujudkan kualitas penguatan ‘Keluarga Tangguh Bencana’ (Katana).

Sehingga ragam upaya kesiap-siagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana apapun juga dapat disosialisasikan oleh siapapun di lingkungannya masing-masing.

“Karena itu setiap program penanggulangan bencana harus dikolaborasikan dengan kiprah bhakti sosial kemasyarakatan,” imbuh Agus Sofyan kepada Garut News di ruang kerjanya.

Sejalan dengan program pembentukan Katana itu diagendakan gencar direalisasikan pada 2020 mendatang, namun kini masih lebih dahulu memprioritaskan pembentukan juga melatih relawan kemanusiaan ‘Desa Tangguh Bencana’ (Destana).

Lantaran hingga sekarang dari 442 desa/kelurahan di Kabupaten Garut, terdapat 13 desa di antaranya menjadi Destana, sebab setiap tahun pengalokasian pendanaannya hanya untuk tiga Destana.

13 Destana terdiri Desa Pasawahan dan Rancabango di Kecamatan Tarogong Kaler, Desa/Kecamatan Pasirwangi, Karyasari (Bayongbong), Mulyasari (Cikajang), Gadog (Banjarangi).

Kemudian Karyamekar (Cibatu), Mancagahar (Pameungpeuk), Pakenjeng (Pamulihan), Nangkaruka (Pakenjeng), Karyasari (Cilawu), Cibodas (Cikajang), dan Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan.

Berdasar catatan BPBD kabupaten setempat, Garut berpotensi bahaya bencana setiap saat bisa terjadi di musim hujan atau kemarau. Mulai longsor, pergerakan tanah, banjir, angin puting beliung, gempa bumi, gelombang tinggi, letusan gunung, kekeringan, hingga kebakaran lahan hutan.

“Di Garut, bencana terjadi setiap bulan berfrekuensi berbeda setiap tahunnya,” ujar Kepala BPBD Firman Karyadin.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Rachmat Supriatin juga menyebutkan, selama Januari-September mencatat ada 273 kali bencana. Kejadian itu terdiri banjir, longsor, pergerakan tanah, gempa bumi, gelombang tinggi, angin puting beliung, kebakaran lahan hutan hingga rumah rubuh, termasuk orang tenggelam.

“Total nilai kerugian materialnya mencapai Rp10 miliar lebih. Mengakibatkan sedikitnya lima korban meninggal dunia, 17 korban luka, dan 149 KK atau 597 orang sempat mengungsi,” ungkap dia pula.

Selain itu, 22 unit rumah hancur, 103 lainnya rusak berat, 112 rusak sedang, dan 116 rusak ringan. Serta 106 rumah terancam, juga 773 rumah terendam. Plus, 23 unit sekolah, delapan tempat ibadah, puluhan hektare sawah, kebun, lahan hutan, dan fasilitas umum pun rusak lantaran bencana.

********

Esay/Fotografer : JDH.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY