Garut News ( Ahad, 09/09 – 2018 ).

Kalangan wisatawan termasuk yang memanfaatkan jasa perjalanan wisata menyatakan, sangat menyesalkan kondisi kerusakan sarana jalan menuju Taman Satwa Cikembulan di Kadungora Garut, Jawa Barat.
“Meski potensi wisatanya menarik untuk dikunjungi, namun kondisi sarana jalannya masih memprihatinkan, banyak yang rusak bahkan relatif sempit,” ungkap Heru Budiman (45), pengunjung asal Kota Bekasi.
Kepada Garut News, Ahad ( 09/09 – 2018 ), dia katakan bersama keluarganya berlibur ke Garut. Namun saat berkunjung ke Lembaga Konservasi Taman Satwa terpaksa harus melintasi sarana jalan yang berkondisi mengecewakan.
Ungkapan senada dikemukakan pula Rahadian, pengunjung asal Semarang Jawa Tengah yang mengaku menyempatkan ke Taman Satwa ketika melintasi jalur selatan.

Sebelumnya, sedikitnya 30.000 pengunjung Taman Satwa Cikembulan, pada musim liburan panjang Lebaran Idul Fitri 1439/2018 ini, juga mengalami kekecewaan pada kondisi sarana jalan wisata tersebut.
Lantaran mereka terkendala jalan sempit, dan rusak yang selama ini pun kerap mewarnai kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara pada lembaga konservasi itu.
“Sebenarnya tak ada target jumlah luapan pengunjung pada liburan panjang Lebaran Idul Fitri tersebut, sebab jika menyikapi kondisi lintasan jalan kabupatennya kok tak ada perubahan. Padahal jumlah pengunjung terus meningkat setiap tahun” ungkap Manager Taman Satwa Rudy Arifin, SE.
Meski demikian, selaku pengelola taman satwa tetap konsisten dengan komitmen senantiasa berupaya meningkatkan kualitas jasa layanan termasuk kenyamanan bagi para wisatawan, demi nama baik Kabupaten Garut, imbuhnya.
Karenanya, agar para pengunjung bisa semakin bertambah nyaman. Maka diupayakan maksimal ajang wisata bernuansakan pendidikan ini memiliki tampilan baru, termasuk dimilikinya wahana bermain anak-anak.
Selain itu pula kondisi setiap seluruh koleksi satwanya juga kian sejahtera, di antaranya kini gencar menyiapkan kandang tiga anak macan yang bakal menempati kandang masing-masing jika mulai beranjak remaja.
Kemudian kelengkapan alat kesehatan satwa, agar Klinik Satwa yang kini dibangun memiliki kelengkapan peralatan laboratorium antara lain mikroskop dan lainnya, disiapkan pula pembangunan kandang maupun sarana orangutan.
Tetapi kurang bahkan tak adanya perhatian Pemkab Garut terhadap kondisi jalan acap menjadi jalur alternatif dari padat – merayapnya kendaraan keluar masuk Garut setiap musim liburan panjang, menjadikan upaya peningkatan jumlah pengunjung tak bisa optimal dibandingkan potensi tersedia.
Padahal kondisi jalan rusak parah ini, tak hanya menjadi keluhan pengelola Taman Satwa Cikembulan, dan pengunjung. Melainkan warga maupun pengguna jalan lainnya yang melintas banyak yang mengeluh berat.
Karena selain berakibat tak nyaman, juga rawan terjadi kecelakaan. Terlebih pada musim hujan. Sehingga jangan heran di banyak titik lokasi, badan jalan seakan berubah menjadi kubangan kerbau. Jika kondisinya kering, batu-batuan besar, dan tajam pun tampak menonjol siap mengancam pengendara.
Akses menuju Taman Satwa Cikembulan selain sering menjadi jalur alternatif pada musim liburan panjang dari arah Bandung menuju Garut maupun sebaliknya, juga merupakan jalur lintasan menuju obyek wisata Candi Cangkuang Leles.
Sehingga kendaraan yang melintasi jalur jalan itu acap terjebak kemacetan. Juga diperparah terdapat lintasan kereta api tak berpalang pintu antara Cikembulan dengan Leles sering membuat arus lalu lintas kendaraan terhambat.
Selama rentang Januari hingga akhir Desember 2017, jumlah pengunjung Taman Satwa Cikembulan Garut mencapai 140.000 wisatawan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 5-10 persen dari tahun sebelumnya.
Rudy Arifin, SE pun keheranan atas sikap Pemkab Garut terkesan tak ada perhatian atas kondisi akses jalan menuju Taman Satwa Cikembulan.
Padahal keberadaan lembaga konservasi tersebut diakui atau tidak, menjadi ikon edu-wanawisata primadona di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut.
Tak sekadar tempat berekreasi keluarga melainkan lembaga yang bisa mengedukasi anak seputar konservasi satwa. Mengenalkan anak akan beragam jenis satwa dilindungi, dan terancam punah.
Pengunjung pun bukan hanya wisatawan lokal Garut melainkan dari berbagai daerah dan pulau di Indonesia, bahkan mancanegara.
Keberadaan Taman Satwa Cikembulan juga mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi warga sekitar dengan pelbagai jenis usahanya. Baik terlibat langsung dalam pengelolaan taman satwa maupun aspek pendukung bagi pemenuhan beragam kebutuhan, dan kenyamanan para pengunjung.
Namun demikian, kata Rudy, pihaknya terus melakukan penataan, perbaikan, dan penyempurnaan pelbagai sarana prasarana di lingkungan Taman Satwa Cikembulan.
Bukan hanya bagi kenyamanan dan keamanan pengunjung, serta pengelola, melainkan juga kenyamanan kelangsungan hidup satwa-satwa yang ada di sana. Seperti gazebo, tempat penginapan, mushola, wahana permainan anak, tempat rehat lain bagi keluarga, perpustakaan, dan tempat parkir.
Di sana juga disediakan fasilitas penunjang klinik satwa, serta diupayakan pada setiap musim liburan panjang terdapat posko kesehatan bagi para pengunjung dengan dikoordinasikan Puskesmas setempat.
Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) para pengelola pun terus ditingkatkan antara lain melalui program “in house training” dengan menghadirkan pakar satwa terkemuka, dan pelatihan Karang Taruna berkaitan kepariwisataan dipandu langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut.
Malahan kini bakal segera dibangun mekanisme tata kelola air sungai menjadi air bersih, guna memenuhi kebutuhan Taman Satwa Cikembulan, ungkap Rudy Arifin, menambahkan.
*******
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.