
“Yayasan Tahfidz/Ponpes Yadul ‘Ulya Peduli Dampak Bencana”
Garutnews ( Ahad, 18/10 – 2020 ).
Asisten Administrasi Bidang Pemerintahan Setda Garut, H. Nurdin Yana mengingatkan meski kini aktivitas sosial perekonomian masyarakat kembali normal. Namun diperlukan kewaspadaan guna meminimalisir dampak bencana.
Lantaran masih kerap terjadi curah hujan berintensitas tinggi bahkan puncaknya diperkirakan pada Februari 2021 mendatang, yang diperparah berkurangnya kapasitas sungai akibat tingginya sedimentasi, ungkap dia di Pameungpeuk, Sabtu (17/10-2020).

Identifikasi total kerusakan juga kerugian dampak bencana menerjang wilayah selatan kabupaten tersebut, masih dilaksanakan BPBD kabupaten setempat. Yang hingga 16 Oktober 2020 tercatat ada 2.964 kepala keluarga atau 9.204 warga.
Mereka tersebar di 44 desa pada enam kecamatan terdampak bencana banjir dan longsor. Terdiri Kecamatan Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Peundeuy, Cisompet, dan Kecamatan Banjarwangi. Terdapat 271 KK di antaranya sempat mengungsi.

Banjir di Kecamatan Pameungpeuk, terjadi pada delapan desa meliputi Desa Mancagahar, Mandalakasih, Jatimulya, Pameungpeuk, Sinarbakti, Bojongkidul, Paas, dan Desa Bojongkaler.
Sedangkan di Kecamatan Cikelet, banjir menyeruak pada enam desa masing-masing Desa Pamalayan, Cikelet, Cigadog, Tipar, Cijambe, dan Desa Ciroyom. Di Kecamatan Cikelet terjadi pula longsor pada empat desa yakni Desa Cikelet, Linggamanik, Pamalayan, dan Desa Cijambe. Serta satu peristiwa pergerakan tanah di Desa Cikelet.

Di Kecamatan Cibalong, banjir pada delapan desa (Karyamukti, Karyasari, Najatan, Mekarwangi, Mekarsari, Sagara, Maroko, dan Desa Mekarmukti).
Di Kecamatan Peundeuy, tanah longsor pada enam desa (Desa Saribakti, Purwajaya, Peundeuy, Toblong, Sukanagara, dan Desa Pangrumasan).

Di Kecamatan Cisompet, tanah longsor pun terjadi di sebelas desa (Desa Cikondang, Neglasari, Sukanagara, Sindangsari, Depok, Cisompet, Sukamukti, Cihaurkuning, Margamulya, Jatisari, dan Desa Panyindangan).
Di Kecamatan Banjarwangi, ada pergerakan tanah pada di satu desa (Desa Banjarwangi). Sehingga berdasar pendataan, banjir pada 22 desa di tiga kecamatan, dan longsor berikut pergerakan tanah pada 22 desa di empat kecamatan, ungkap Kabid Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD, TB Agus Sopyan.

Bencana banjir dan longsor itu pun mengakibatkan 1.141 unit bangunan rumah rusak. Mencapai 203 unit rumah di antaranya rusak berat, 297 unit rusak sedang, dan 641 unit rusak ringan. Sedangkan bangunan rumah sempat terendam mencapai 2.488 unit.
Tragedi ini menyebabkan ratusan fasilitas umum mengalami kerusakan atau terdampak. Antara lain 27 masjid, 11 Posyandu, empat unit bangunan PAUD, satu unit bangunan madrasah, delapan unit sekolah, 25 unit jembatan, 25 titik lokasi ruas jalan, 18 TPT, 17 jalan lingkungan, dan seratus fasum lainnya.

Sedangkan total kerugian material akibat bencana banjir dan longsor pada enam kecamatan tersebut, hingga kini masih dalam penghitungan. Menunggu hasil asesmen TRC (Tim Reaksi Cepat) PUPR.
Nurdin Yana pun katakan, meski terus mengalir bantuan dari beragam kalangan juga pemerintah termasuk ketersediaan biaya tidak terduga Pemkab setempat Rp100 miliar. Tetapi masih diharapkan bantuan dari pemerintah pusat.

Guna merekontruksi perumahan, fasilitas umum, fasilitas sosial dan perbaikan kerusakan infrastruktur lainnya.
Sebab Kabupaten Garut pun masih pula memerlukan pengalokasian pendanaan pada percepatan penanganan Covid-19, yang totalitas kasusnya hingga Ahad (18/10-2020) Pukul 21:02:15 WIB mencapai 9.616 Orang.

Mereka terdiri Konfirmasi Positif 426 orang, Probable 0 Kasus, Suspect 3.125, sedangkan Kontak Erat menembus angka 6.065 kasus. Demikian foto berita garutnews.com akhir pekan ini.

*******
Abisyamil, JDH/Fotografer : Abah John.