
“Perjuangan Menggempur Stunting Prioritas Kebijakan Pemkab Garut”
Garut News ( Selasa, 23/07 – 2019 ).
Wakil Bupati dr H. Helmi Budiman memastikan pada 2024 mendatang, Kabupaten Garut “Zero Stunting” maupun tidak ada lagi kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis.
Lantaran sejak 2015 silam, setiap seluruh jajaran institusi teknis di lingkungan Setda/Pemkab setempat mengantisipasinya. Bahkan penanggulangan masalah serius tersebut, merupakan prioritas kebijakan Pemkab dengan melakukan beragam upaya.

Termasuk penyelenggaraan orientasi komunikasi perubahan perilaku melalui komunikasi antar pribadi bagi petugas kesehatan, selama tiga hari di Garut sejak, Selasa (23/07-2019).
Didesak pertanyaan Garut News, Wakil Bupati Helmi Budiman juga mengingatkan stunting tak hanya menghambat perkembangan fisik, melainkan mengganggu perkembangan kecerdasan namun awalnya dari kondisi fisik yang gagal tumbuh.

Maka selama ini pun dilakukan ragam upaya penanggulangannya sejalan dengan program nasional, menyusul penyebab permasalahan ini bukan hanya kemiskinan tetapi di antaranya akibat pola asuh masyarakat yang keliru.
Masyarakat pun hendaknya bisa memilih konsumsi asupan makanan bergizi, termasuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan makanan anak-anak juga keluarga sehingga perlu peningkatan pengetahuan kaum ibu, “bukan hanya asal kenyang,” imbuhnya.

“Diagendakan tahun ini bisa maksimal difungsikannya ‘Rumah Gizi Garut’ sejalan upaya penanggulangan stunting yang harus gencar diperjuangkan,” tandas Helmi Budiman pula.
“Merubah Perilaku Masyarakat”
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut diwakili Sekretarisnya Ubaidillah Syathori, SKM, S.Sos, M.Kes menegaskan diperlukan upaya penerapan dan merubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat, yang dilakukan secara terus-menerus.
Tak terkecuali upaya perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan stunting, yang menjadi salah satu permasalahan kesehatan prioritas.

Dia mengingatkan, kini prevalensi stunting di kabupatennya berdasar hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 mencapai 43,2 persen tertinggi di Provinsi Jawa Barat.
Sehingga diperlukan upaya keras yang didukung semua sektor dalam penurunan stunting tersebut. Mengingat stunting tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan pihak lain, maka sinergitas dalam upaya penanggulangannya wajib dilakukan.

“Orientasi perubahan perilaku bagi petugas kesehatan ini merupakan salah satu upaya agar penanggulangan stunting di kabupatennya bisa dioptimalkan,” tegasnya ketika membuka helatan ini.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes kabupaten setempat, Yeti Heryati, SKM, MKM antara lain detail memaparkan ragam upaya percepatan penurunan stunting juga evaluasi pelaksanaan 2018, dan rencana tindak lanjut 2019.
“Stategi Berkomunikasi”

Kepala Subdit Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan pada Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, Dra Herawati Situmorang, MA menyajikan formula ‘Komunikasi Antar Pribadi’ (KAP).
Diawali pemahaman dasar dan model KAP, kermudian kiat membangun suasana, penggunaan nama, nonverbal yang memotivasi, permainan yang menyenangkan, serta mendengar fasilitatif.
Dihadapan 30 peserta orientasi, Herawati Situmorang dengan humanis dan juga komunikatif antara lain pula menjadi fasilitator beberapa permainan menyenangkan, namun kental bernuansakan ragam komunikasi.
Pada rangkaian penyelenggaraan orientasi itu dihadiri pula Capasity Building Specialist Sekretariat Wakil Presiden RI, Panca B. Wibawa M.Si yang juga antara lain bisa menyerap pelbagai perkembangan penanggulangan stunting di Garut.

“Puncak Bonus Demografi Indonesia 2030”
Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Kabupaten Garut, Hj. Eulis Dahniar, SKM, M. Mkes kepada Garut News katakan diperlukan upaya keras yang didukung semua sektor dalam penurunan prevalensi stunting.
Dengan menitikberatkan pada penanganan penyebab langsung, dan tidak langsung. Sehingga orientasi ini meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petugas kesehatan dalam merubah perilaku dan kesadaran masyarakat.
“Juga perilaku kunci yang berpengaruh pada resiko stunting,” ungkap Eulis Dahniar menyusul kini Indonesia mulai memasuki masa bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya 2030, maka persiapannya harus dari sekarang.
Ancaman Hilangnya Satu Generasi (lost generation), jika permasalahan serius stunting gagal ditanggulangi.
Sebanyak 30 peserta terdiri masing-masing sepuluh Pengelola Promkes Puskesmas, Ketua Pokja UKM/Penanggungjawab KIA, serta Bidan Desa di desa lokus fokus.
“Dari para peserta terdapat kesepakatan, dan rencana tindak lanjut,” imbuh Eulis Dahniar.
********
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.