
“Tauhid, Dasar Utama Ajaran Islam”
Ustadzah Salma Ayu Hendayani ; Pengajar Kuttab Yadul ‘Ulya Garut.
Garutnews ( Rabu, 20/10 – 2021 ).
Mewujudkan tujuan utama Islam sebagai rahmat menjadi ‘frame’ dalam memaknai ajaran Islam itu sendiri, yang diaplikasikan dengan ‘Tauhid’ yakni Mengesakan Allah SWT.
Lantaran Tauhid menjadi pangkal utama menyatukan keyakinan umat sekaligus panduan setiap seluruh tindakan maupun perilaku. Sehingga Iman juga Tauhid tidaklah sempurna apabila masih belum sesuai dengan perbuatan, dan perilaku sehari-hari.
Kemudian mengaplikasikan visi, misi – perspektif dan substansi Islam Rahmatan lil’alamin yang pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW, berupa penegakkan nilai-nilai ibadah yang ‘bermuara’ pada pengabdian kepada Allah SWT.
Tentunya tak hanya nilai ketuhanan, melainkan nilai interaksi kemanusiaan. Disusul penerapan nilai-nilai adi luhung akhlak terpuji, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273.
Selanjutnya memakmurkan Bumi melalui Ketahuidan, penegakkan nilai-nilai ibadah, serta penerapan nilai-nilai adi luhung akhlak terpuji, yang ditunjang kepemilikan ilmu agama dan sains.
Sedangkan kenyataannya kendala mengaplikasikan Islam Rahmatan lil’alamin, di antaranya masih banyak pengaku Bertauhid dan Mengesakan Allah SWT, tetapi masih pula tak mengutamakan Allah SWT di atas segalanya. Hatinya pun tak terikat dengan Allah SWT.
“Kerap menunda shalat tanpa alasan syar’i, namun sigap luar biasa jika dipanggil atasan, Bahkan mengaku Islam tetapi hanya sebagai identitas.”
Juga masih terdapat yang mengaku beribadah kepada Allah SWT, namun nilai kemanusiaannya nihil, tak memiliki empati maupun ‘welas asih’.
Malahan masih ada pula yang memisahkan antara ilmu agama, dan sains. Padahal keduanya saling berkaitan erat. Tak menyadari terjadinya sesuatu karena kehendak Allah SWT, meski selalu ada hikmah dibalik peristiwa apapun.
Maka formula menyikapi ragam kendala tersebut, kembali kepada Alqur’an dan Hadits. Beriman kepada Allah SWT serta meneladani Nabi SAW.
Selain itu, senantiasa belajar dan menimba ilmu guna bisa membedakan yang benar juga yang salah, yang harus dilakukan serta yang dilarang.
Sehingga terus berupaya mencari, dan menemukan ‘Guru’ yang mampu membuka mata hati. Yakni ‘Guru yang Mursyid’, mengutamakan adab kemudian ilmu. Beristiqomah dalam beribadah pada Allah SWT.
Selanjutnya bisa mendirikan lembaga pendidikan berdasar pada Alqur’an dan Sunah, antara lain berupa Kuttab serta Madrasah guna mewujudkan peradaban generasi berkemajuan, berakhlak juga berilmu.
Sebagai Guru, khususnya Guru Kuttab. Menjadi wahana kemuliaan yang mengakar dengan keagungan yang kokoh seperti halnya Ibu.
Sebagaimana kata pujangga. Peran Ibu adalah sekolah, apabila memersiapkannya. Ibu memersiapkan sebuah bangsa bernasab mulia. Adalah taman jika selalu menyiraminya akan memunculkan tunas begitu indahnya.
Ibu juga Guru para Guru nan utama, prestasinya menyebar ke berbagai penjuru jagad raya. Lantaran melahirkan para pemimpin dunia.
Karena itu, diperlukan upaya maksimal dengan ilmu yang dimiliki serta dengan penghambaan sepenuhnya kepada Allah SWT melalui do’a dan ibadah lainnya. Termasuk berikhtiar dengan ilmu (menuruti sunnatullah).
******
Penulis : Strata Satu Astronomi UPI Bandung. Penggemar Traveling dan Membaca, menargetkan menjadi yang dicintai Allah SWT, bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain.
Ilustrasi Fotografer : Abah John.