Tak Serius Mengurus Citarum

Tak Serius Mengurus Citarum

1055
0
SHARE

Garut News ( Senin, 29/12 – 2014 ).

Ilustrasi. (Foto : John Doddy Hidayat).
Ilustrasi. (Foto : John Doddy Hidayat).

Banjir di Bandung selatan semestinya mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk kembali membenahi Citarum.

Sungai terpanjang di Jawa Barat ini semakin dangkal dan tercemar. Tiada upaya serius untuk merawat kawasan hulu Citarum yang semakin gundul sehingga memicu sedimentasi.

Pendangkalan Citarum membuat air sungai mudah meluap ke kawasan Bandung selatan. Selama dua pekan, belasan ribu penduduk Kabupaten Bandung kudu mengungsi lantaran rumah mereka terendam hingga setinggi tiga meter.

Mereka terutama berasal dari Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Nyaris setiap tahun tiga kecamatan ini direndam banjir.

Banjir selalu berulang sebab tak ada upaya sungguh-sungguh untuk menangani Citarum. Padahal akar persoalannya sudah jelas karena telah sering diseminarkan.

Pertama, terjadinya sedimentasi yang parah di Citarum, mencapai 7,9 juta ton per tahun. Kedua, limbah industri dan sampah yang dibuang langsung ke Citarum atawa sungai bermuara ke Citarum.

Sesuai data di Waduk Saguling di Bandung barat, menampung air Citarum, sampah masuk sungai ini mencapai 250 ribu meter kubik setiap tahun.

Ketiga, rusaknya daerah hulu Citarum antara lain meliputi Kecamatan Pacet, Ibun, dan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Diperkirakan 26 ribu hektare lahan di daerah ini termasuk kritis. Kerusakan bukan hanya pada hutan konservasi dikelola Perhutani, tetapi juga pada lahan milik penduduk.

Banyak lahan semula penuh tanaman keras kemudian diubah menjadi ladang palawija dan sayur-mayur. Akibatnya, fungsi lahan sebagai daerah resapan berkurang.

Semua masalah itu diselesaikan setengah-setengah sehingga kurang efektif mencegah banjir. Pemerintah pusat, misalnya, melakukan pengerukan besar-besaran di Citarum pada 2011-2013 dengan biaya Rp1,3 triliun.

Program Balai Besar Citarum ini sempat disoroti Badan Pemeriksa Keuangan karena tak berhasil mengurangi banjir.

Terlepas dari korupsi, mungkin terjadi, pengerukan saja jelas tak cukup.

Kendati dikeruk, sedimentasi Citarum kembali tebal apabila kawasan hulu tetap mengirim lumpur. Citarum juga tetap meluap jika kebiasaan penduduk Kota Bandung membuang sampah ke sungai tak disetop.

Dari sekitar 6.500 meter kubik produksi sampah kota ini setiap hari, sekitar 1.500 meter kubik mengalir ke Citarum.

Mencegah banjir secara permanen, bahkan perlu dipikirkan solusi tambahan seperti pembangunan banyak waduk.

Itulah pentingnya pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah daerah tingkat dua bergandengan tangan. Pemerintah pusat harus membenahi hutan konservasi dan mengeruk sungai.

Kota Bandung juga perlu dilibatkan lantaran mengirim banyak sampah. Begitu pula Kabupaten Bandung, memiliki kawasan hulu sungai sekaligus terkena dampak langsung bencana banjir.

Tanpa sinergi, penyelesaian bakal cenderung tambal-sulam dan tak efektif mencegah banjir.

********

Opini/Tempo.co

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY