“Diagendakan Segera PTUN kan BNN”
Garut News ( Rabu, 18/06 – 2014 ).

Syam Sumaryana, SH, MH pria kelahiran 22 Oktober 1972 kini PNS berpangkat/golongan Pembina / IV a, katakan semakin berobsesi meningkatkan kualitas “harga diri” setiap sumber daya birokrat di lingkungan Pemkab/Setda Kabupaten Garut.
Lantaran siapa lagi bakal bisa memertahankan bahkan meningkatkannya?, selain upaya nyata pada setiap individu birokratnya itu sendiri, tandasnya kepada Garut News, Jum’at (13/06-2014).
Agar pegawai di daerah tak kerap dianggap bodoh, katanya.
Sehingga pasca sarjana Lulusan UNPAD Bandung tersebut, berpendapat dikembalikannya dia dari status dipekerjakan di “Badan Narkotika Nasional” (BNN) kabupaten setempat, pada Pemkab Garut tanpa alasan jelas, patut dipertanyakan.
Bahkan dinilai sangat berpotensi bisa di PTUN kan tegas Sumaryana, lantaran yang kini dipertaruhkannya “harga diri”.

“Mengusik harga diri dan nilai paling azasi nurani kemanusiaan, juga bisa mengganggu kredibilitas kelembagaan Pemkab/Setda Garut itu sendiri”, ungkapnya.
“Tak ada angin, tak ada hujan, malahan tak pernah ditegur secara lisan atawa tertulis, serta tak terdapat alasan jelas, namun mendadak sontak saya dikembalikan ke instansi induk Pemkab Garut, itu yang tak bisa saya terima dengan nalar dan akal sehat,” ungkapnya pula.
Sedangkan masalah jabatan selama ini pernah disandangnya Kepala Seksi Pencegahan BNNK Garut, sejak sekitar 2011.
Dia bersama dua personil Pemkab setempat dipekerjakan pada lembaga non kementerian itu, pertama kali mendapatkan SK dari BNN sambil merintis pendiriannya di kabupaten ini.

“Jabatan itu amanah, jangankan jabatan nyawa manusia pun bisa berakhir, tetapi yang saya pertanyakan apa kesalahan saya, silahkan tunjukkan, kok tiba tiba dikembalikan,” ujar dia, lantang.
Sehingga dipastikan Pemkab Garut pun bertanya-tanya mengenai fenomena nyaris menyerupai sampah, setelah tak perlu lagi langsung begitu saja dilempar dan dibuang.
Padahal dia pun merintis operasional BNNK di Garut, setelah terdapatnya bantuan hibah tanah, serta pinjaman kendaraan operasional dari Pemkab setempat.
“Saya bukan barang atawa sampah, melainkan manusia biasa seperti juga para petinggi di lingkungan BNN, memiliki hati nurani dan nilai-nilai kemanusiaan, juga memiliki etika, budi pekerti, serta punya akal sehat,” ungkap Syam Sumaryana pula.
“Saya pun tak bermaksud dapat kembali lagi dipekerjakan di BNNK, melainkan justru pola atawa cara mengembalikan pegawai dipekerjakan tersebutlah, yang bakal terus dipertanyakan, bahkan bisa dipermasalahkan,” tandas Sumaryana.
Agar peristiwa dinilainya tak manusiawi dan mengusik harga diri manusia itu, tak selalu terulang malahan tak terjadi di seluruh Indonesia.
Juga diingatkan, BNN bukan institusi militer atawa kepolisian, melainkan lembaga non kementerian, aset negara, yang patut dikelola SDM bermoral dan berkualitas.
Syam Sumaryana mengaku terpaksa di antaranya mengadukan kekecewaannya ini, pada pejabat BKD Kabupaten Garut, serta pada Kepala Biro Kepegawaian BNN di Jakarta.
Termasuk disampaikannya pejabat BNNK Garut mengusulkan pensiun dini, tetapi sebelum SK Pensiun terbit, jabatannya diisi orang lain.
Kepala Bidang Mutasi BKD Garut, Muhlis serta Kepala Biro Kepegawaian BNN, Dunan Ismail antara lain katakan, kontribusi masukan informasi berharga tersebut segera diklarifikasi, serta dijadikan bahan evaluasi, katanya.
“Berkonsepkan Imunitas”
“Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba” (P4GN), di seluruh wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, dinilai banyak kalangan “bukan perkara gampang”
Lantaran sekitar 2,7 juta penduduknya, tersebar pada 307.407 km2 luas kawasan terbaring bisu di 42 wilayah kecamatan dengan 421 desa, dan 21 kelurahan itu.
Juga memiliki bentangan bibir pantai sejauh 83 km, atawa terpanjang di Provinsi Jawa Barat.
Padahal paradigma paling efektif dan efisien mengatasi kejahatan luar biasa Narkoba, “Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati”
Fenomena inilah, selama ini pula sejak berdirinya “Badan Narkotika Nasional Kabupaten” (BNNK) setempat, digeluti sosok Syam Sumaryana.
Berbasiskan konsep “imunitas”, maka lelaki lulusan pasca sarjana Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung tersebut, intens “membidani” advokasi P4GN pada sekurangnya 4.820 hingga 5.000 an beragam elemen dan komponen masyarakat di Kabupaten Garut.
Sumaryana, kelahiran Bandung, 22 oktober 1972 selaku Kasi Pencegahan BNN Kabupaten Garut, kini berpangkat/golongan Pembina / IV a.
Dengan riwayat pendidikan, a. SD Margahayu Raya Tahun 1985, b. SPM BPI I Tahun 1988, C SMA 21 Bandung Tahun 1991, d. STHB tahun 1996 e, UNPAD tahun 2004 beralamat rumah diJalan Patriot No 60 RT.07/07 Kelurahan Sukagalih.
Sedangkan riwayat pekerjaannya, terdiri 1. Staf pelaksana Bagian Hukum Setda Kab Garut (1999-2002), 2. Kasi Program KPU Kab Garut, 3. Kasi Hukum dan Humas KPU Kab Garut (2003 s.d 2008), 4. Kasi Pengendalian Tata Ruang pada Dinas Perumahan, Tata ruang dan Cipta Karya (2009 s.d 2011) 5. Kasi Pencegahan BNN kab Garut tahun 2011- sekarang.
Kepada Garut News, Sabtu (30/11-2013), antara lain mengemukakan Advokasi dilaksanakan pada lingkungan SMP Negeri maupun Swasta sebanyak 1.840 peserta, 2. SMA (1.890), 3. Lingkungan Instansi Pemerintah, dan Swasta (140), 4. Lingkungan Dharma wanita (60). 5. Ibut ibu Persit (60).
Kemudian , 6. Pada lingkungan masyarakat Nelaya (200), 7. lingkungan masyarakat/komunitas (210).
Selain itu, menyelenggarakan Diseminasi Informasi P4GN : berupa 1. Pagelaran seni Budaya Lingkungan Kampus : 500 peserta.
Seluruh jajaran Kasi Pencegahan kini gencar melaksanakan “Binaan” pada Komunitas Musik Underground “Seven Keys”.
Melalui upaya konkrit meningkatkan kreatifitas, dan keahlian bermusik terutama didorong menciptakan lagu tentang bahaya penyalahgunaan Narkotika.
2. Diselenggarakan proses belajar mengajar tentang dampak penyalahguna narkotika.
3. Melibatkan mereka pada kegaitan advokasi guna menumbuh kembangan terhadap korsa, dan kepedulian secara sukarela senantiasa “masif” menyosialisasikan bahaya penyalahgunaan, peredaran dan produsen gelap Narkotika, terutama di kalangan keluarganya atawa likungan tempat tinggal.
Bahkan terdapat rencana besar lain, di antaranya semakin merangkul beragam lapisan masyarakat, terutama dari kalangan pergerakan, dan komunitas masyarakat garda terdepan.
Dikemukakan Sumaryana, pada setiap peserta advokasi dan desiminasi senantiasa dibekali kemampuan “bernalar”, terhadap bahaya atawa dampak penyalahguna, peredaran dan produsen gelap Narkoba.
Mereka kudu bisa berpikir logis, memiliki keterampilan mengolah informasi, juga kemampuan menyimpulkan dengan pemikiran sendiri, yang juga kudu logis.
Demikian Syam Sumaryana, senantiasa berobsesi memiliki kompetensi tinggi, berintegritas, serta komitmen kuat, “Aksi Global P4GN Agar Kabupaten Garut Bahkan Indonesia Bebas Narkoba 2015″, katanya.
*****
Esay/Foto : John Doddy Hidayat.