Esay/Foto : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Senin, 04/05 – 2015 ).

SMPN 1 Garut kini semakin mendesak bisa segera direhabilitasinya sarana masjid, beserta empat ruangan kelas.
Lantaran kedua jenis infrastruktur tersebut, berkondisi kian tak memadai.
Kondisi masjid sekolah itu, selain kapasitas atawa daya tampungnya tak memadai lagi. Juga material bangunannya banyak mengalami kerusakan.
Kepala SMPN 1 Garut, Dadi Juhaendi kepada Garut News katakan, kini masih terdapat empat ruangan kelas berkondisi rusak berat, sehingga mendesak segera direhabilitasi yang diharapkan bisa mendapatkan alokasi sumber dana dari APBD kabupaten setempat.

Menyusul keempat ruang kelas ini, peninggalan bangunan lama bahkan sekolah tersebut juga merupakan bekas “Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional” (RSBI), katanya.
Memiliki 30 rombongan belajar masing-masing dengan sekitar 36 murid, terdiri kelas tujuh terdapat 11 rombongan belajar, kelas delapan (sepuluh rombongan belajar), serta kelas sembilan terdapat sembilan rombongan belajar.

Sedangkan pelaksanaan “Ujian Nasional” (UN) tahun ini diikuti 271 peserta meliputi 120 murid laki-laki, serta 151 murid perempuan.
Mereka menempati 14 ruangan masing-masing berisi 20 peserta, kecuali ruangan 14 diisi 11 peserta UN, penyelenggaraan UN hari pertama ditinjanu Bupati Rudy Gunawan beserta rombongan.
Bupati juga menyempatkan meninjau kegiatan rehabilitasi sumber airĀ bersejarah (Cigarut/Gagarut) pada penentuan pembentukan pusat Kota Kabupaten Garut, berlokasi di dalam Komplek SMPN 1.

Sedangkan sejarahnya, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia pencari lokasi cocok bagi Ibu Kota Kabupaten.
Semula panitia menemukan Cimurah, sekitar tiga kilometer sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun).
Namun di tempat itu air bersih sulit diperoleh sehingga dinilai tak tepat menjadi Ibu Kota. Kemudian panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar lima kilometer dan mendapatkan tempat cocok dijadikan Ibu Kota.

Sebab selain tanahnya subur, juga lokasi tersebut memiliki mata air mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunungapi Papandayan, Gunungapi Guntur, Gunungapi Galunggung, Gunung Talaga Bodas, dan Gunung Karacak.
Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia “kakarut” atau tergores tangannya berakibat berdarah.

Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa ikut membenahi atawa “ngabaladah” tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : “Mengapa berdarah?”
Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda ini menirukan kata kakarut dengan lidah yang tak fasih sehingga sebutannya menjadi “gagarut”.
Dalam pada itu, UN hari pertama dengan soal mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang menurut sejumlah murid “susah-susah- gampang”, katanya.
********