Garut News ( Sabtu, 22/02 – 2014 ).
Lantaran potensi industri pariwisata, dan sumber daya air tersebut, semakin sarat dipenuhi tanaman gulma atawa eceng gondok, juga beragam jenis tanaman air liar lainnya.
Padahal objek, dan daya tarik wisata Situ Bagendit, terhampar bisu di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi itu, berdaya tarik wisata alam prosfektif bernilai ekonomi tinggi.
Memiliki konfigurasi umum lahan datar dan berbukit, didukung tingkat abrasi rendah menjadikan Situ Bagendit secara geologi, baik bagi kegiatan pariwisata.
Sedangkan aspek klimatologi juga bisa mendukung kegiatan industri pariwisatanya, lantaran bertemperatur udara berkisar 32oC – 38oC dengan curah hujan rendah, atawa 200‐500 mm/tahun.
Bagendit.
“Kudu Segera Dibenahi”
Bupati setempat, Rudy Gunawan pernah katakan pembenahan kawasan objek wisata ini, kudu dilakukan dengan gerakan nyata.
Sebab menjadi salah satu objek wisata andalan, namun segudang masalah masih mewarnai keberadaannya.
Kepala Disbudpar, Mlenik Maumeriadi mengemukakan pula, kegiatan pembersihan eceng gondok memasuki hari kedua itu, juga di ikuti ormas kepemudaan, pramuka, KNPI serta warga masyarakat peduli lingkungan.
Sedangkan kata bupati, salah satu hal kudu diselesaikan Pemkab setempat berupa persoalan kepemilikan.
“Bakal kami koordinasikan dengan Pemprov Jabar,” Katanya.
Selain itu, kata dia dari sisi penataan, Kawasan Situ Bagendit masih belum maksimal, lihat saja masa mau berekreasi melihat keindahan air situ, tetapi banyak dipenuhi gulma.
Perlu kerja nyata kontinyu menangani upaya ini.
Melainkan kudu terdapat kegiatan lanjutan dan penutupnya, nanti kita lihat apakah persoalan ini selesai, imbuhnya menyerukan.
“Tak Mungkin Segera Tuntas Jika Dilakukan Manual”
Gagah Prakoso dari Basarnas kepada Garut News, menyatakan kian meluas dan tebalnya hamparan eceng gondok nyaris menutupi sebagian besar permukaan Perairan Bagendit.
Karena itu, dia berupaya memberi solusi memanfaatkan sarana selama ini digunakan Basarnas, lantaran dinilai multi guna atawa banyak fungsi.
Selain bisa dimanfaatkan kegiatan evakuasi 16 korban jika terjadi bencana, juga diwaktu luang dapat dimanfaatkan membersihkan permukaan air.
Piranti ini, produk dalam negeri atawa Asli Indonesia, bisa melesat dengan kecepatan maksimal 86 km/jam, meski pada pemukaan air setinggi 20 cm.
Kapal penyapu danau ini, berkapasitas mesin 450 tenaga kuda dengan volume celinder engine 8.200 cc.
Sedangkan harganya setiap unit, bisa bervariatif sesuai jenis mesin digunakan, atawa hanya berkisar Rp600 juta hingga Rp800 juta.
Demikian Gagah Prakoso, dan Wendy Chandra kepada Garut News, menambahkan.
Sejak beberapa hari terakhir Tim Basarnas memeragakan kuda besinya itu, menghalau sekaligus membersihkan eceng gondok Bagendit.
“Demikian barangkali, potret fenomena beragam dinamika denyut nadi kehidupan di Kabupaten Garut, Jabar, terakam garutnews.com, Sabtu (22-02-2014)”.
******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.