Garut News ( Sabtu, 01/08 – 2015 ).

Sepanjang musim kemarau panjang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang hingga awal Agustus 2015 masih belum dibasahi curah hujan.
Antara lain menjadikan Kampung Cimacan berlokasi seputar pusat kota tersebut, tak lagi “segarang macan”, namun produktivitas pencari pasir sungai juga melorot drastis.

Lantaran perkampungan dihuni ratusan hingga ribuan penduduk pada bantaran sepanjang lintasan “Daerah Aliran Sungai” (DAS) Cimanuk itu, kerap banyak terendam nyaris setiap diguyur hujan deras musim penghujan.
Sedangkan pada kemarau panjang selama ini, mereka bisa terbebas dari bahaya luapan banjir sungai, tetapi penghasilan penduduknya sebagaian besar pencari pasir di sungai, menurun drastis hingga mencapai 75 persen.

Sebab semula setiap kepala keluarga rata-rata bisa memproduksi 3,5 kubik pasir, atawa satu truk pasir setiap hari.
Tetapi pada kemarau ini hanya bisa menghasilkan dibawah 1,5 kubik.
Sehingga terdapat sebagian besar penduduk terpaksa banting setir menjadi pemecah batu sungai, kendati bernilai jual hanya 140 ribu setiap kubik.

Sedangkan kapasitas produksi seorang pemecah batu sungai, umumnya dikerjakan kaum perempuan, hanya berkisar 0,25 kubik setiap harinya.
Dalam pada itu, kini sedikitnya seluas 2,3 ribu hektare sawah tersebar pada nyaris seluruh 42 wilayah kecamatan di kabupaten ini, mengalami kekeringan parah.
Masing-masing, kekeringan ringan sedikitnya 619 hektare, sedang 873 hektare, berat 403 hektare dan puso atawa gagal panen sekitar 205 hektare.

Terdapat pula sekitar 1.912 hektare lahan lainnya terancam kekeringan.
Pada wilayah utara, kekeringan meranggas Kecamatan Leuwigoong, Cibatu, Cibiuk, dan lainnya.
Disusul wilayah tengah berlangsung di Karangpawitan, Wanaraja, dan lainnya.
Kemudian pada wilayah selatan Kabupaten Garut.




Antara lain Kecamatan Mekarmukti, Cisompet, Caringin, Peundeuy, Bungbulang, serta Pameungpeuk.
*******
Esay/ Fotografi :
John Doddy Hidayat.