Sejarah Publik dan Agen Perubahan

0
72 views

Kresno Brahmantyo, Sejarawan Universitas Indonesia

Ilustrator : John Doddy Hidayat

Garut News ( Jum’at, 29/01 – 2016 ).

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Euforia penulisan sejarah dalam berbagai versi berkembang di era kebebasan pasca-Orde Baru. Penulisan ini kerap “bertentangan” dengan versi sejarah resmi yang selama 30 tahun diterima masyarakat Indonesia.

Kesadaran sejarah masyarakat pun tumbuh pesat, terbukti dengan lahirnya banyak lembaga swadaya masyarakat, kelompok pecinta sejarah, dan beberapa penerbit baru yang banyak menerbitkan karya sejarah (terjemahan) yang dulu sempat dilarang.

Selain itu, terbit banyak buku sejarah, dari sejarah lokal, peristiwa sejarah, hingga berbagai jenis biografi tokoh. Lahir penulis dari dunia akademik maupun awam yang membahas satu peristiwa sejarah di Tanah Air secara kritis.

Masyarakat mulai memiliki interpretasi atas satu peristiwa sejarah yang dapat diungkapkan dengan bebas. Apalagi dengan makin maraknya media online yang banyak dimanfaatkan untuk menuliskan satu gagasan dalam bentuk blog.

Ilustrasi Muhammad Erwin Ramadhan.
Ilustrasi Muhammad Erwin Ramadhan.

Minat masyarakat akan sejarah makin berkembang dengan munculnya berbagai kelompok peminat sejarah, pencinta museum, pencinta kereta api, dan kelompok wisata sejarah. Sejarah kemudian menjadi ranah publik, bukan hanya menjadi perhatian akademikus dan pemerintah (dengan sejarah nasionalnya). Kondisi seperti ini menarik untuk dibahas dalam perspektif sejarah publik.

Sejarah publik (public history) sudah dikenal dan tumbuh di Amerika Serikat sejak 1970-an, sebagai bagian dari sejarah terapan (applied history). Ia berkembang pula di Eropa dan Australia pada 1990-an. Sejarah publik berada di luar lingkup sejarah akademik.

Sejarah publik dilakukan oleh mereka yang sudah mendapatkan pelatihan dalam studi sejarah dan biasanya mereka yang bekerja di bidang kesejarahan dan berada di luar lingkup akademis.

Metode yang dikembangkan sejarawan publik telah membuka pembatas antara sejarah profesional dan publik dengan menjadikan sejarah menjadi terjangkau secara luas di masyarakat.

Sejarah kemudian dapat menjadi agen perubahan dan berperan dalam pengetahuan tentang kesejarahan di masyarakat. Sejarah publik menjadi sesuatu yang aktif, reaktif, dan amat relevan bagi masyarakat luas yang memungkinkan mereka terhubung dengan masa lalu, sekarang, dan masa depan. (Faye Sayer, 2015).

Akar sejarah publik berada pada bidang pelestarian benda, situs, atau gedung bersejarah, kemudian yang berkenaan dengan arsip sebagai dokumen sejarah, sejarah lisan, dan para kurator di museum.

Beberapa profesi yang bergerak di bidang ini adalah para profesional yang bekerja di museum, situs atau tempat bersejarah (bahkan rumah seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah), taman yang berkaitan erat dengan kesejarahan, lokasi bekas peperangan, film dan program televisi, serta semua program yang diselenggarakan pemerintah yang berkenaan dengan pelestarian sejarah.

Di negara maju, keterlibatan masyarakat dalam sejarah kadang terjadi pada konteks sosial yang tidak disadari. Misalnya, dalam waktu tertentu, pemerintah lokal akan merenovasi taman, gedung, atau situs tertentu yang mengandung nilai sejarah.

Mereka melibatkan masyarakat setempat, khususnya penduduk lama atau para tetua, untuk menggali informasi lebih dalam mengenai tempat tersebut.

Satu sejarah institusi, misalnya, yang ditulis oleh seorang konsultan sejarah untuk klien bisnisnya, dapat digunakan untuk mengorganisasi arsip-arsip di perusahaan korporasi.

Di Australia, misalnya, jika ada penemuan potensi tambang baru di wilayah tertentu, sejarawan dimintai pendapat berkenaan dengan tempat itu, apakah tempat tersebut menjadi wilayah “sakral” penduduk asli Aborigin atau wilayah bebas?

Hal seperti ini dapat dimintai konfirmasi dengan riset kearsipan perkembangan wilayah, bahkan bila memungkinkan wawancara langsung sebagai bagian dari sejarah lisan kepada tetua penduduk Aborigin setempat.

Di Indonesia, kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, melalui Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan, Arsip Nasional dan museum, serta lembaga swadaya masyarakat pada dasarnya sudah menyentuh esensi sejarah publik.

Akses publik terhadap sejarah dan dokumentasi arsip pun semakin terbuka. Peran beberapa LSM atau kelompok masyarakat yang sadar sejarah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemahaman sejarah di tengah masyarakat.

Lembaga seperti Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), majalah Historia, penerbit Komunitas Bambu (yang khusus menerbitkan buku-buku sejarah), serta Komunitas Jelajah Budaya (wisata sejarah) adalah beberapa institusi yang memberikan sumbangan besar dalam pembangunan karakter bangsa lewat karya-karya sejarah yang mereka buat.

ISSI, misalnya, dikenal dengan proyek sejarah lisan yang bersumber dari korban huru-hara 1965, selain riset sejarah lisan lainnya terkait dengan sejarah sosial mengenai organisasi perempuan, masyarakat Tionghoa, buruh industri, dan lain-lain.

Mereka juga menyampaikan penelitian di berbagai konferensi ilmiah dan menerbitkan hasil-hasil penelitiannya dalam berbagai jurnal. Sejarah publik yang relatif baru di Indonesia ternyata sudah dilakukan secara tidak langsung oleh lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kesejarahan.

*******

Kolom/Artikel Tempo.co

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here