Garut News ( Kamis, 15/01 – 2015 ).
Sedikitnya 140.870 Penduduk Garut, Jawa Barat, ternyata hingga kini tak memiliki rumah sendiri atawa rumah pribadi.
Sehingga diperlukan sekitar 28.174 unit rumah tinggal, yang bisa memenuhi kebutuhan 140.870 penduduk tersebut, sebab setiap unit rumah rata-rata dapat ditempati lima anggota keluarga.
Berdasar analisis “Dinas Tata Ruang dan Permukiman” (Distarkim) kabupaten setempat, dari sekitar 2.485.732 penduduk Garut, baru terpenuhi rumah tinggalnya sekitar 539.106 unit.
“Diperkirakan masih terdapat backlog atau angka kekurangan rumah sekitar 28.174 unit,” kata Kabid Perumahan Distarkim Satria Budi, Rabu (14/01-2015).
Penyediaan rumah, terutama di perkotaan, pihaknya masih menunggu kajian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura terkait kawasan “Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan” (LP2B).
Guna memastikan kawasan mana saja bisa dikembangkan sebagai permukiman, katanya.
Sedangkan janji Bupati Rudy Gunawan mengenai peningkatan kualitas 10.000 rumah tak layak huni, Budi mengaku belum bisa memastikan penghitungannya.
Dia malahan beralibi, masalah itu melibatkan dinas lain maka diperlukan koordinasi.
“Kalau APBD Garut jelas terbatas anggarannya. Biasanya programnya lebih banyak bantuan dari provinsi dan pusat. Selama ini bantuan perbaikan rumah tak laik huni melalui Distarkim pun bersumber APBN,” katanya pula.
Kepala Dinsosnakertrans Elka Nurhakimah katakan, meski jumlah rumah tak laik huni masih banyak, setiap tahun jumlahnya terus berkurang.
Pada 2013, terdapat sedikitnya 54.153 unit rumah tak laik huni. Jumlah tersebut berkurang menjadi sekitar 52.136 unit pada 2014.
“Jadi meski APBD terbatas, cukup banyak program sejenis dikucurkan provinsi melalui bantuan rutilahu (rumah tak layak huni), dan pusat seperti melalui Kementerian Perumahan maupun Kementerian Sosial,” kata dia.
Karena itu, optimistis janji Rudy meningkatkan kualitas rumah akan terealisasi, katanya.
“Memang kalau hanya mengandalkan APBD tak mungkin. Tetapi saya yakin Pak Bupati memerhitungkannya. Apalagi kondisi ekonomi masyarakat sendiri dinamis. Mungkin saja hari ini rumahnya tak laik huni, namun besok-besok jadi bagus karena kesejahteraan hidupnya meningkat,” katanya pula.
*********
Noel, Jdh.