Garut News ( Selasa, 02/04 – 2019 ).
Lokakarya digelar USAID Jalin Provinsi Jawa Barat bersama institusi teknis lain berhasil menggulirkan inovasi “Rencana Tindak Lanjut” (RTL) penurunan “Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi” (AKI/AKB) saat melahirkan di Kabupaten Garut.
“Produk inovasi RTL jalinan kemiteraan tersebut, mulai pada lingkungan Puskesmas, Kecamatan hingga Desa pada wilayah yang terkendala masalah geografis, dan budaya paraji,” ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan kabupaten setempat, Yeti Heryati, SKM, MKM.
Kemudian produk inovasi itu,secara keseluruhan dikemas dalam RTL Dinas Kesehatan yang dituangkan dalam ‘Peraturan Bupati’ (Perbup), ungkap Yeti Heryati ketika menutup lokakarya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di wilayah yang terkendala masalah geografis, dan budaya paraji di Kabupaten Garut, Selasa ( 02/04 – 2019 ).
Sebelumnya Wakil Bupati dr H. Helmi Budiman pada helatan yang berlangsung dua hari di Fave Hotel ini antara lain menyatakan, kabupatennya kian mendesak segera perlukan motivasi yang sangat tinggi, guna menurunkan AKI/AKB saat menjalani proses persalinan.
Sedangkan Perwakilan USAID Jalin Provinsi Jawa Barat dr Joko Sutikno juga katakan, dua ibu meninggal setiap hari di Jawa Barat.
Pada 2016 dan 2017, ungkap dia Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi terbanyak kematian ibu di Indonesia.
Kemudian sembilan neonatal meninggal setiap hari di Jawa Barat, menyusul pada 2016 dan 2017 Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi terbanyak ketiga kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia.
Dikemukakan pula, 29 persen penyebab kematian ibu di Kabupaten Garut pada 2017 akibat kasus pendarahan pasca persalinan.
“Padahal dua jam merupakan ‘golden period’ maupun waktu genting, yang dibutuhkan pasien dengan kasus pendarahan pasca persalinan sebelum meninggal,” imbuh Joko Sutikno.
Dia mengingatkan, paraji masih aktif dan masih menjadi pilihan oleh banyak Ibu dikarenakan tantangan geografis & budaya.
Pada 2017 (Sumber PWS KIA 2017) ada1.802 Paraji, 587 Paraji belum bermitra dengan bidan, 3.310 Persalinan di tolong Paraji, 38 Kematian Neonatal dengan penolong Paraji,10 Kematian Ibu dengan Penolong Paraji. Kemudian terbatasnya pengetahuan terkait isu-isu KIA di antara pekerja perempuan.
MASALAH GIZI PADA PEKERJA PEREMPUAN :(sumber Riskesdas 2013)
• Proporsi anemia kelompok umur 15-64 tahun berkisar antara 16,9-25%. Dampaknya pada saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, lahir sebelum waktunya, dan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada saat melahirkan dapat menyebabkan perdarahan hingga kematian pada ibu dan anak.
• Proporsi Kurang Energi Kronis (KEK) pada WUS (Wanita Usia Subur) yang sedang hamil 17,3-38,5% . Dampaknya ibu hamil dengan KEK, maka akan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan stunting.
Analisis data sekunder SDKI 2012, 2 dari 3 ibu bekerja gagal memberikan ASI ekslusif kepada anaknya. Padahal ASI berperan sebagai imunitas dan pemenuhan nutrisi.
Keberhasilan ASI ekslusif ditentukan oleh pengetahuan ibu tentang cara menyimpan dan
memberikan ASI, serta dukungan atasan kerja dan tenaga kesehatan.
Pekerja perempuan yang anemia produktivitas kerja 20 % lebih rendah, output kerjanya
rata-rata 5% lebih rendah, serta kapasitas kerjanya per minggu rata-rata 6.5 jam lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak anemia. (Scholz, dkk, 1997; Untoro dkk,1998).
Terdapat lima wilayah kecamatan di kabupaten tersebut, yang diharapkan bisa menjadi penggerak motivasi dalam penanganan tingginya AKI/AKB. Seperti halnya kemiteraan UPT Puskesmas Cihurip dengan tukang ojeg.
Selain bisa membantu mengantar pasien, juga logistik sebagai solusi alternatif lokal, terwujudnya gerakan masyarakat peduli untuk ibu hamil, serta diterbitkannya surat pernyataan masa persalinan.
Dari Dinkes kabupaten setempat antara lain dipresentasikan analisis situasi kesehatan ibu dan anak di kabupatennya, serta draff SK Bupati Tentang Kemiteraan Bidan dan Paraji di Kabupaten Garut.
*******
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.