“Acil Bimbo Mengemukakan, Amuk Cimanuk Sebagai Peringatan”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Rabu, 28/09 – 2016 ).

Walikota Bandung Mochamad Ridwan Kamil akrab dipanggil Kang Emil antara lain menyatakan, pemimpin kudu berani sekaligus “istiqomah”.
Termasuk dalam mewujudkan kawasan Kota Garut sebagai “Kota Cerdas Berkelanjutan” (KCB).
Sedangkan penanganan ke depan pasca bencana banjir bandang lantaran diterjang amuk Sungai Cimanuk, sangat diperlukan upaya prioritas penanggulangan yang menyeluruh, terukur, serta terencana.

Menyusul menurut Kang Emil, penataan serta pengelolaan Kota Bandung dan Garut sama-sama yang dihadapinya masyarakat, sehingga diperlukan keberanian sosok pemimpin yang istiqomah. Sebab menjadi pemimpin itu semata-mata untuk kemaslahatan juga kesejahteraan masyarakat beserta lingkungannya.
“Prioritas penting lainnya, antara lain merencanakan dan melaksanakan relokasi penduduk terdampak bencana,” imbuhnya.
Demikian dikemukakan Wali Kota Bandung kepada Garut News, Rabu (28/09-2016), saat berkunjung ke komplek RSU dr Slamet Garut, antara lain bersama Acil Bimbo, serta praktisi hukum juga tokoh Asal Garut, Dindin Maulana.

Rombongan juga mengunjungi SMPN 3 Tarogong yang terdampak amuk terjangan Sungai Cimanuk, sekaligus beraudensi dengan pengelola lembaga pendidikan tersebut sekaligus memberikan ragam jenis bantuan.
Dalam pada itu, KCB tak sekadar kota yang mengandalkan kemajuan teknologi informasi yang didukung oleh jaringan infrastruktur Internet kuat serta pasokan listrik yang memadai.
Kota itu juga mampu menggali potensi lokal dan memaksimalkan sumber daya kota serta warga untuk mengatasi masalah ekonomi dengan cerdas (ekonomi). Kota juga didukung pusat bisnis dan industri (jasa) ramah lingkungan, memaksimalkan sumber daya alam yang (sangat) terbatas (air, lahan, dan energi fosil), sehingga tumbuh perekonomian yang berkelanjutan (ekonomi hijau).

Kota memiliki pusat pendidikan berkualitas dan berwawasan lingkungan untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas unggul sebagai aset dan aktor utama penggerak ekonomi. Kota menciptakan suasana aman, nyaman, produktif, dan memiliki tata kelola sumber daya manusia yang baik sebagai unsur pengungkit (sosial).
Warga mendapat layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, dan layanan publik lain dengan layak, mudah, dan murah. Masyarakat mudah berinteraksi dengan warga dan pemerintah, baik secara konvensional (tatap muka) maupun digital, di media sosial.
Kota didukung oleh aspek pengungkit berupa teknologi informasi dan komunikasi, tata kelola pemerintahan, serta sumber daya manusia sebagai pendorong munculnya aneka solusi inovatif dan kreatif terhadap persoalan kota.

Pemerintah membangun modal sosial melalui komunikasi intensif dan menumbuhkan rasa saling percaya untuk bersama membangun kota. Dengan sepuluh indikator KCB guna mewujudkannya.
Sedangkan Acil Bimbo juga praktisi lingkungan ketika didesak pertanyaan Garut News antara lain mengemukakan, tragedi yang kini mendera masyarakat Garut akibat luapan Sungai Cimanuk, sebagai “peringatan” demikian dasyatnya dampak yang ditimbulkan akibat kian memburuknya kondisi lingkungan.

Diharapkan peristiwa serupa tak terulang kembali, maka kini saatnya yang paling tepat bagi kita untuk bersama-sama berinstrospeksi diri, tandas Acil Bimbo.
Dalam pada itu, Dindin Maulana katakan hendaknya kita mengacu pada ungkapan Kapolri, mengenai perlunya dilakukan “investigasi” terhadap terjadinya bencana banjir bandang ini.
“Tanggap Darurat Diperpanjang”
Sejak sepekan lalu Tim SAR Gabungan mencari korban banjir bandang Sungai Cimanuk. Mereka senantiasa menyisir aliran sungai terbesar di kabupaten tersebut. Jarak terjauh, daerah Jatigede Sumedang, sekitar 50 kilometer lebih dari Garut.
Namun, hingga Selasa (27/09-206), kerja keras tim belum sepenuhnya membuahkan hasil. Terakhir Tim SAR menemukan korban seputar Waduk Jatigede Sumedang, Senin (26/09-2016). Jenazah korban langsung dibawa ke RS TNI AD Guntur Jalan Bharatayudha Garut Kota.

Pencarian korban hilang banjir bandang Cimanuk pun, dipastikan bakal berlanjut hingga tujuh hari ke depan. Seiring perpanjangan status tanggap darurat diterapkan Pemkab setempat.
“Masa tanggap darurat bencana semula berakhir Selasa (27/09-2016). Tetapi, lantaran masih banyak pekerjaan belum tuntas maka atas saran BNPB, masa tanggap darurat diperpanjang. Nanti Pak Bupati bakal mengumumkannya,” kata Wabup Garut Helmi Budiman.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei juga katakan, perpanjangan masa tanggap darurat diperlukan sebab masih banyak pekerjaan harus diselesaikan.

Selain masih terdapat 19 korban belum ditemukan, aspek pendataan jumlah kerugian dipandang belum tuntas. Sedangkan pertimbangan lainnya, jika masa tanggap darurat dihentikan, BNPB tak lagi bisa berperan, dan memberikan bantuan apapun.
“Kami hanya sebatas memberikan pertimbangan, mengenai keputusan diperpanjang atau tidak, dan berapa lama jika diperpanjang, itu pemda yang berhak memutuskan,” imbuhnya.
Beberapa hari sebelumnya, Willem sempat menyebutkan tanggap darurat diterapkan Pemkab Garut atas bencana banjir Cimanuk itu selama 14 hari. Pihaknya pun mengikuti kebijakan itu, termasuk kemungkinan tanggap darurat ada perpanjangan lagi.

Ihwal pencarian korban, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut Dadi Djakaria mengatakan, pencarian korban terkendala faktor cuaca serta luasnya daerah pencarian korban hingga waduk Jatigede Kebupaten Sumedang.
Pemerintah Kabupaten mulai mengkaji kelayakan tiga lokasi bakal dijadikan tempat relokasi bagi korban banjir bandang luapan Sungai Cimanuk.
“Untuk relokasi ini memang sedang diproses, terlebih dahulu kita juga harus mengkaji lokasinya,” kata Sekda, Iman Alirahman kepada wartawan.
Dijelaskan, Pemkab Garut menentukan beberapa pilihan tempat relokasi. Di antaranya daerah Pamoyanan di Kecamatan Tarogong Kidul, Margawarti di Kecamatan Garut Kota, dan Karangpawitan.

Pada tiga lokasi itu, katanya, ada tanah milik pemerintah daerah yang siap digunakan untuk pemukiman relokasi warga.
“Kenapa kita pilihkan di tiga lokasi itu, karena di sana ada tanah pemda, aksesnya juga tidak sulit,” katanya pula.
Sebelum ditetapkan sebagai daerah lokasi, kata dia, tentunya terlebih dahulu dikomunikasikan dengan warga korban banjir.
Menurutnya, tiga lokasi baru diusulkan pemerintah daerah ini belum tentu disetujui oleh korban banjir, atau justru keberatan. “Terkait kondisi dan tempat relokasinya, kita akan sampaikan itu, dan diberi penjelasan,” kata dia.

Dikatakan, hasil pendataan sementara jumlah rumah mengalami dampak kerusakan akibat banjir sebanyak 238 rumah.
Namun data itu, katanya, bisa saja berubah karena masih dilakukan pendataan secara akurat untuk kesiapan anggaran relokasinya. “Data pasti berapa orang dari jumlah itu kita sedang data,” ujarnya.
Selain mendata kerusakan rumah, petugas juga mendata pemukiman warga yang menjadi kawasan bantaran sungai.

Bagi warga berada di wilayah ancaman bahaya banjir Sungai Cimanuk, menurut dia, tentunya harus direlokasi. “Nanti dikaji dulu dari titik mana saja rumah yang harus direlokasi dari pinggiran sungai,” imbuhnya.
**********
(jdh, nz)