
“Raksasa yang Masih Tidur”
Garutnews ( Jum’at, 07/01 – 2022 ).
Gua bentukan alam sejak ratusan hingga ribuan tahun silam di Kampung Cibongas Desa Sukawangi Kecamatan Singajaya, bersemayam sekitar 65 kilometer arah selatan dari pusat Kota Garut. Hingga kini masih berkodisi ‘idle’.
Kendati berprospektif maupun ada kemungkinan memiliki asa ragam potensi yang bisa dikembangkan menjadi raksasa penggerak denyut nadi perekonomian masyarakat setempat, bahkan kabupaten hingga tingkat nasional.

Lantaran gua yang ditemukan sejak 1933 tersebut, masih berkondisi utuh yang bisa dijangkau selama dua jam dengan melintasi ruas Jalan Garut-Singajaya atau melalui lintasan Garut-Taraju Tasikmalaya.
Sejak dari bibir mulut gua terlihat Stalaktit dan Stalakmit, produk proses pelarutan air di daerah kapur secara terus menerus yang memasuki lubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan menetes dari atap ke dasar gua, kerap menimbulkan bunyi unik.

Memasuki gua ini dipastikan acap menemukan banyak sensasi, di antaranya jika berhasil memasuki lorong sempit ditemukan ruangan luas cukup terang bermandikan bernasnya cahaya mentari menerabas celah-celah langit-langit gua setinggi belasan meter.
Ditemukan pula lubang besar penghubung ke lantai atas gua, tetapi hanya dapat dijangkau dengan rappeling atau dengan membuat tangga terbuat dari kayu maupun logam.

Juga sekaligus bisa dijadikan ajang berlatih menguji nyali alias memacu adrenalin serta daya juang dengan akal sehat menyiasati agar bisa melewati lorong sempit dengan selamat, he… he.
Termasuk dijadikan wahana edukatif detail mengenal gua batu gamping berlorong panjang dan berliku-liku sejauh seratusan meter, yang berkembang karena proses pelarutan dan diperbesar proses erosi/abrasi mengikuti suatu jaringan retakan pada batu gamping.

Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup dan keberadaan air tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini.
Sehingga gua, suatu bentukan alam umumnya terjadi lantaran suatu proses alam melubangi batuan. Berbentuk suatu lorong panjang, gelap dan berkelok-kelok, tetapi dapat pula suatu ceruk dalam.
Potensi luar biasa Gua Cibongas, ternyata masih menganggur, silent atawa diam membisu pada onggokan kawasan perbukitan karst, yang sekarang merenung bagaikan gunung.

Memang beberapa tahun silam sempat dikelola, namun kini kembali sunyi dan senyap menjadikan kekuatan raksasa penggerak perekonomian ini tak lagi menggeliat.
Bahkan urat nadinya pun nyaris tak mampu lagi berdenyut, jika masyarakat kudu berswadaya mengawali pembangunan potensi wisata.

Lalu bagaimana peranan pemerintah sebagai ‘pemangku kewajiban’…?????.
Berkewajiban tentunya membangun sumberdaya tersedia kemudian mengembangkannya, termasuk membangun sumberdaya manusia yang berkemajuan.

Sehingga tak hanya sebatas gencar beretorika kemudian mendekat dan mengelus membujuk hati rakyat setiap menjelang helatan pergantian kepemimpinan politis.
Dan setelah semuanya usai, kembali sunyi-senyap membiarkan masyarakat harus berperanserta aktif membangun daerahnya.

Memangnya mereka, masyarakat itu digaji atau mengelola anggaran negara bro….?????
Walauhualam.
*******

Esay/Fotografer : Abah John.