Esay/ Fotografer : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Jum’at, 11/09 – 2015 ).

Elang atawa “eagle”, burung pemangsa berukuran besar asal suku “Accipitridae” terutama genus “Aquila”, sedangkan burung-burung pemangsa lebih kecil dikenal dengan sebutan Elang-alap (Hawk, bergenus Accipiter).
Sedikitnya lima elang selama ini menghuni Taman Satwa Cikembulan di Kadungora, Garut, Jawa Barat, di antaranya berjenis Bondol, serta Alap-alap.

Beratraksi dengan ragam manuvernya sehingga sangat memukau ribuan pengunjung lembaga konservasi tersebut.
Berlangsung semarak pada hampir sepanjang Ahad (06/09-2015).

Decak kagum para pengunjung itu, lantaran piawainya “falconer” maupun pemain dari “Falconry” ( para penyayang satwa berdarah panas ini) yang juga karyawan taman satwa tersebut.
Mereka melatih serta memeliharanya sesuai dengan kaidah edukasi dan konservasi.
Sebagaimana dikemukakan Manager Taman satwa Cikembulan, Rudy Arifin, SE. Dari 40 elang koleksi taman satwa itu.

Antara lain Elang Bondol, Alap-alap, Elang laut, serta Elang Ular, selama inipun senantiasa mendapatkan sentuhan sepuluh personil penyayang elang, yang dinilai memiliki kesadaran hukum konservasi.
Karena itu, taman satwa ini juga menjadi kawasan elang, termasuk Elang Bondol yang menurut ketua Falconry, Rony Anggar, sebagai jenis elang terpintar.

Elang, kata dia, memiliki sayap dan bertubuh sarat diselubungi bulu pelepah. Konsumsi utamanya hewan mamalia kecil di antaranya tikus, tupai, kadal, ikan, juga ayam termasuk jenis-jenis serangga.
Elang bersistem pernapasan yang baik, sehingga mampu membekali jumlah oksigen banyak diperlukan ketika terbang.
Jenis elang di Indonesia, Elang Hitam, Elang Brontok, Elang Jawa, Elang-ular Bido, Elang-ular Jari Pendek, Elang Buteo, Elang Gunung, juga Garuda.
Selain itu terdapat Elang Sulawesi, Elang Wallace, Elang Flores, Elang-laut perut Putih, Elang Bondol, Elang-ikan Kepala Abu, Elang-ikan Kecil, Elang Perut Karat, Elang Tikus, Elang Paria, Rajawali Kuskus, Rajawali Tutul, serta Elang Emas.

Sedangkan Alap-alap, selama ini di seluruh Tatar Jawa Barat dikenal pula dengan sebutan “Manuk Dadali”.
Banyak jenis elang di Indonesia, menjadikan banyak pula para pemerhati satwa di dunia kerap melirik berlimpah-ruahnya plasma nuftah ini, ungkap Rony Anggar.
Selama sepuluh tahun terakhir bersahabat dengan elang, antara lain lantaran kagum terhadap ketajaman matanya.

Selain itu, kerap terbang dengan manuver yang sangat memukau, serta bisa jinak dan dilatih, katanya.
Meski sangat diperlukan kesabaran yang “super”, dipelihara dengan hati bukan dengan tangan besi, imbuh Rony pula.
Ungkapan senada juga dikemukakan rekan lainnya, yang selama ini sangat peduli terhadap kelestarian satwa dilindungi Undangt-Undang RI tersebut.









“Raihlah obsesi dan cita-cita setinggi elang terbang, dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas disertai “DUIT”
atawa Do’a, Usaha maupun Ikhtiar serta Tawakal,” ungkap Rudy Arifin, antara lain menambahkan.
******