
“Kilau Permata Di Kegelapan Malam Itu, Yadul ‘Ulya”
Garutnews ( Rabu, 05/10 – 2022 ).
Pandangan hidup, dan ilmu pengetahuan serta pelbagai strategi kehidupan berwujud aktivitas dilakukan masyarakat Kelurahan Sukajaya Tarogong Kidul Garut selama ini dalam menjawab beragam masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka, sebagai produk ‘kearifan lokal’ maupun ‘budaya’ bernilai adiluhung’.
Terbukti upaya maksimal masyarakatnya bisa menembus pangsa pasar mancanegara, lantaran berhasil memenuhi kemasan kreativitas apik berkualitas global.

Banyak potensi produktivitas berdaya saing tinggi yang kompetitif dan komparatif, dari kelurahan berluas wilayah seluas 210 hektare tersebut.
Selain memiliki sentra produksi ‘kain sutra alam’ dihasilkan ‘Alat Tenun Bukan Mesin’ (ATBM), yang menembus segmen pemasaran nusantara, dan mancanegara.
Juga terdapat potensi ‘para pesilat’ berprestasi memukau masyarakat mancanegara, termasuk khususnya masyarakat di dunia persilatan.

Mereka berhasil membuktikan keberhasilannya menjadi Kontingen Indonesia mengikuti ajang pertandingan tingkat dunia di Thaliland, bahkan berhasil pula menjuarainya pada nomor beregu di Phuket Thailand.
Prestasi sangat spektakuler, dan monumenal itu. Antara lain ditunjang produk kreativitas ‘balon udara’ berbahan bakar asap pembakaran sekam padi, namun bisa mengudara hingga melintasi lepas pantai Samudera Hindia.

Kemudian dimilikinya ‘RW Mandiri’, yang senantiasa bisa mewujudkan swadaya masyarakat dengan kas keuangan RW, berperanserta menyelenggarakan beragam perbaikan lingkungan termasuk MCK.
Didukung produk Beras Panawuan maupun ‘Pandan Wangi’. Kendati aroma, dan kelezatan rasanya selama ini dikenal dengan nama Beras Cianjur, padahal awal mulanya ‘Beras Panawuan’.

Ada pula produk beragam varian ‘Awug Panawuan’, penganan diproduksi berbahan baku tepung beras pilihan, merupakan ciri khas kuliner dari masyarakat 19 RW dengan 69 RT di Kelurahan Sukajaya ini.
Bahkan kelurahan itu pun, berhasil meraih juara pertama pada ajang Lomba Kelurahan tingkat kabupaten setempat 2017.
Camata Tarogong Kidul, Drs Doni Rukmana katakan ragam keberhasilan kelurahannya berkat kerja keras juga perjuangan seluruh masyarakat.

“Termasuk pembangunan Pesantren Tahfidz, Yadul ‘Ulya beserta Camping Ground D’Leuwi yang menjadi destinasi wisata halal,” ungkap Doni Rukmana.
Sejak sepanjang 2017 silam, gencar menyukseskan program ‘Open Defecation Free’ (ODF), atau tidak ‘buang air besar sembarangan’ (BABS), serta terwujudnya Kampung KB.

Sedangkan program unggulan lain, di antaranya mewujudkan salahsatu program Bupati dan Wakil Bupati Garut, berupa ‘Magrib Mengaji’.
“Kilau Permata Di Kegelapan Malam Itu, Yadul ‘Ulya”
Ada fenomena kilau permata di tengah kegelapan malam Kampung Panawuan itu, yakni Ponpes/Kuttab Modern Digital, Yadul ‘Ulya.

Para pengelolanya, berobsesi menjadikan pesantren Lintas Manhaj, Lintas Komunitas, Lintas Pemikiran, bahkan bisa menjadi tempat pemersatu umat tanpa melihat latar belakang perbedaan.
“Juga bisa sebagai tempat ternyaman bagi Umat Islam tanpa melihat dari organisasi mana berasal,” imbuh Pimpinan Yayasan Tahfidz Qur’an, M. Angga Tirta pada rangkaian ‘Silaturahmi Akbar’ Ponpes Modern Digital tersebut, belum lama ini.
Ponpes di tengah hamparan persawahan pada perbukitan curam itu, sebelumnya hanya bisa dijangkau setelah melintasi rumah penduduk ujung perkampungan.
Kini lembaga pendidikan itu, kian menggeliat dengan mengusung Visi ‘Menjadi Wahana Perbaikan Umat Melalui Pendidikan Berbasis Qur’an’.