Garut News ( Sabtu, 12/04 – 2014 ).

Rakyat Indonesia patut bersyukur, pemilihan umum legislatif berjalan lancar dan damai pada Rabu lalu.
Setelah mendapat laporan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan, proses pemungutan suara di seluruh Indonesia berlangsung lancar.
Kelancaran itu, menepis kekhawatiran Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddiqie bahwa pemilihan umum kali ini akan diwarnai kericuhan.
Memang terdapat beberapa kasus mengganjal.
Antara lain, kekurangan surat suara di beberapa daerah.

Hal ini, misalnya, terjadi pada 32 tempat pemungutan suara di Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Akibatnya, pemilih baru akan mencoblos Sabtu ini.
Namun ini hanya kasus kecil dibandingkan besarnya skala pelaksanaan pemilu.
Toh, meski kecil, kasus-kasus logistik seperti ini semestinya segara diatasi lantaran selalu terjadi setiap pemilu.
Komisi Pemilihan Umum kudu segera memerbaiki mekanisme pemantauan, serta pengecekan distribusi surat suara.
Kabar tentang pemilih-pemilih siluman, kerap muncul pada pemilihan umum sebelumnya, kali ini tak seramai sebelumnya.
Ini menunjukkan, langkah Komisi memerketat pemilih mencoblos lintas daerah, dan membangun basis data terintegrasi menunjukkan hasilnya.
Perhatian khusus juga mesti diberikan ke daerah terpencil, seperti Papua.
Raibnya delapan kotak suara berisi surat suara calon legislator sudah dicoblos pemilih di Kampung Timika Jaya, Timika, kudu ditangani serius.
Komisi mesti memerkuat pengamanan pengiriman dokumen dari tempat pemungutan suara ke jenjang-jenjang berikutnya.
Keributan sempat terjadi di Jayapura juga jangan terulang.
Di sana, puluhan orang membakar sebuah tempat pemungutan suara di Kotaraja, Abepura, pada Kamis subuh.
Mereka membakar sebuah rumah, dan sepeda motor bebek.
Komisi dan kepolisian kudu segera menyelidiki kasus ini dan menindak pelakunya.
Jangan biarkan kelakuan segelintir orang ini merusak proses demokrasi berjalan baik di negeri ini.
Lepas dari adanya ketidakberesan logistik dan kekacauan itu, keseluruhan pemilihan umum legislatif bisa dibilang sukses.
Keberhasilan ini juga menegaskan pendapat mantan Presiden Federal Jerman, Christian Wulff, Indonesia negara demokrasi terbesar ketiga di dunia berhasil melaksanakan demokrasi, setelah India dan Amerika Serikat.
Keberhasilan berlangsung sejak beberapa pemilu terakhir inilah kudu dijaga.
Tentu masih ada pekerjaan rumah sama pentingnya dengan pencoblosan.
Komisi masih kudu berjuang menjaga agar proses penghitungan, dan penetapan suara berjalan lancar.
Partai-partai politik pun kudu mendukung.
Janganlah lantaran hasil hitung cepat menunjukkan calonnya kalah, lantas berusaha mengganggu kerja Komisi.
Semua pihak kudu membantu mengawasi jalannya penghitungan suara agar proses bagus ini tak ternoda.
*****
Opini/ Tempo.