
“Bisa Jadikan Garut Van Holland”
Garutnews ( Senin, 12/06 – 2023 ).
Potensi ‘wind power’ (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) di Kabupaten Garut bisa mencapai 450 MWe, yang tersebar pada tiga titik lokasi pada wilayah selatan kabupaten ini.
“Terdiri Kecamatan Cisompet, Pameungpeuk, dan Kecamatan Cikelet. Kini dibidik kalangan calon investor yang berminat membangun pembangkit listrik tenaga ‘bayu’ tersebut,” ungkap Wakil Bupati dr H. Helmi Budiman, Senin (12/06-2023).
Dengan nilai investasi triliunan rupiah, mereka bakal memanfaatkan hembusan angin sebagai sumber penghasil listrik.

“Sedangkan piranti utamanya generator penghasil arus listrik dari gerakan blade (baling-baling), yang digerakan potensi tiupan Angin Garut dapat mencapai 450 MWe,” kata dia saat didesak pertanyaan Garutnews.
Energi pembangkit listrik ini tidak menghasilkan polusi karbon dioksida, karbon monoksida, dan nitrogen oksida pemicu pemanasan global, kabut asap, serta hujan asam.
Kelebihan lainnya hemat biaya. Kendati biaya pembangunannya mahal, namun sumber energi angin tidak memerlukan bahan baku lain selain turbin, yang bisa menghasilkan listrik dalam jumlah besar secara terus-menerus.

Sehingga lebih hemat biaya daripada sumber energi fosil, bahkan sumber energi angin membuka lapangan pekerjaan, baik dalam segi manufaktur, instalasi, operator, keamanan, pemeliharan, juga pendistribusian energinya.
“Sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus memerbaiki, dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus menanggulangi kemiskinan ekstrem,” katanya pula.
“Bisa Jadikan Garut van Holland”
Helmi Budiman juga berpendapat, dibangunnya ‘wind power’ sekaligus pula bisa menjadikan penambahan ikon baru “Garut Van Holland” sebagai destinasi wisata anyar yang sangat potensial. –

Yang selama ini Garut pun dikenal dengan sebutan “Swiss Van Java” lantaran antara lain memiliki stasiun kereta api pada titik lokasi tertinggi di Asia Tenggara. Yakni di Kecamatan Cikajang.
Berketinggian 1.246 mdpl, merupakan ujung terakhir pembangunan jalur KA jaman Kolonial Belanda di Indonesia. Berupa lokasi wahana pemutaran lokomotif bermesin uap jenis CC 50, terletak beberapa ratus meter dari stasiun KA setempat.
Sebagai sarana penghubung pulang – pergi mobilitas transfortasi angkutan penumpang umum, dan barang sejauh 47 kilometer antara Stasiun Cibatu (612 mdpl) – Stasiun Garut (717 mdpl), hingga berakhir di Stasiun Cikajang (1.246 mdpl).
Sehingga lokomotif bermesin uap jenis CC 50 tersebut, melintas dari Cibatu ke Cikajang sejauh 47 kilometer dengan melakukan pendakian bersama rangkaian gerbongnya setinggi 634 mdpl (dari 612 mdpl ke 1.246 mdpl).
Sedangkan dari Garut ke Cikajang sejauh 23 kilometer, CC 50 juga bersama rangkaian gerbongnya melakukan pendakian setinggi 529 mdpl (dari 717 mdpl ke 1.246 mdpl).
Garut-Cikajang itu, jalur KA terakhir yang dibangun kemudian dioperasionalkan di Pulau Jawa pada masa pemerintahan Hindia Belanja oleh perusahaan KA Staatsspoorwegen (SS) tahun 1930.
Merupakan salahsatu bagian dari total sepanjang tujuh ribu kilometer jalur rel KA yang pernah secara masif dibangun, sejak Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele meresmikan pembangunan jalur pertama KA di Hindia Belanda pada 1864.
Namun kini hanya masih menyisakan seonggok bangunan yang kian terancam ambruk, lantaran sangat lama dibiarkan sejak ditutupnya operasional KA sepanjang jalur Cibatu- Garut- Cikajang pada 1982-1983.
Padahal sepanjang lintasan jalur tersebut, hanya bisa ditempuh dengan lokomotif berenergi besar seperti CC 50.
Menyusul dengan jenis lokomotif bertenaga Diesel pada waktu itu, ternyata tak sanggup melintasi jalur ini.
Lantaran medan lintasan dari Garut menuju Cikajang terbilang berat, bergradian tinggi di Bayongbong menuju Cipelah hingga 36 per mil. Atau dalam satu kilometer ada tanjakan hingga 36 meter.
Stasiun Cikajang yang dibangun 1926 kemudian dinonaktifkan antara 1982 – 1983, memiliki tiga jalur, terdiri jalur pertama merupakan sepur badug, jalur dua sepur belok ujungnya terdapat banyak percabangan mengarah ke pabrik, serta jalur tiga merupakan sepur lurus .
Pada September 1982 lintas Garut-Cikajang ditutup, kemudian lintas Cibatu-Garut pada 9 Desember 1983. Sebelum dinonaktifkan, jalur ini pernah dilayani dengan lokomotif Diesel namun karena tak mampu, akhirnya dinonaktifkan pula.
Meski jalur ini, andalan sarana angkutan bagi penduduk Garut saat itu, dengan ragam komoditi seperti sayuran, beras, buah-buahan, dan minyak tanah yang akan dijual ke Garut dan sekitarnya.

Sehingga jalur ini merupakan jalur KA populer pada jamannya, di bawah pengendalian PT KAI Daerah Operasi II Bandung.
Berikut stasiun dan halteu yang dilintasinya meliputi, Stasiun Cibatu (CBT), Halte Cikoang (PSJ), Halte Pasirjengkol (PSJ), Halte Citameng (CTG), Stasiun Wanaraja (WNR), Halte Cinunuk (CNN), Halte Tungilis (TNL), Halte Cibolerang (CBG), Halte Cimurah (CMR), Halte Pasiruncal (PAC), dan Halte Sukarame (SKR).

Stasiun Garut (GRT), Halte Pamoyanan (PMO), Halte Cireungit (CIG), Halte Ciroyom (COY), Halte Kamojang (KMJ), Halte Cioyod (CY), Halte Dangdeur (DDR), Stasiun Bayongbong (BYO), Halte Cipelah (CIL), Stasiun Cisurupan (CSN), Halte Cisero (CIS), Halte Cidatar (CID), Halte Patrolgirang (POR), serta berakhir di Stasiun Cikajang (CKG).
Wakil Bupati Helmi Budiman berobesi bisa dioperasionalkan kereta wisata dari Stasiun Cisurupan (CSN/1.216 mdpl) hingga Stasiun Cikajang (CKG/1.246 mdpl).
*********
Esay/Fotografer : Abah John.