Garut News ( Rabu, 01/10 – 2014 ).

Lantaran kemarau selama ini, selain banyak lahan pertanian kekeringan, juga debit air sungai serta sumber mata air lainnya menyusut.
Termasuk Situ Bagendit, salah satu obyek tujuan wisata pun tak luput dari dampak kemarau tersebut.
Sehingga debit air di Situ Bagendit mengalami penyusutan hingga lebih satu meter pada kemarau tahun ini.
Sarana mainan air, berupa rakit atawa sepeda air angsa, menjadi tak leluasa menyusuri permukaan situ seperti biasanya sebab terjadi pendangkalan.
Pada beberapa lokasi bahkan terlihat jelas gundukan tanah karena air terus menyusut.
Meski belum bisa dipastikan pengaruhnya terhadap tingkat kunjungan wisata ke Situ Bagendit, turunnya debit air situ dirasakan para pengelola mainan air menjadi tak nyaman.
“Luas areal bisa dilalui rakit menjadi sangat terbatas. Mendorong rakit pun sangat berat karena lumpurnya tebal. Jadinya, kita kudu bisa memilih lokasi tepat bisa dilewati rakit,” kata seorang tukang rakit, Asep, Rabu (01/10-2014).
Dia memerkirakan kini terjadi penyusutan debit air Situ Bagendit sekitar satu meter. Hal itu terlihat jelas terutama pada batas permukaan air di tepi situ dibandingkan biasanya.
Ungkapan senada dikatakan seorang pengunjung asal Kelurahan Ciwalen Garut Kota, Ana Subakat (44).
“Saya sempat mencoba dorong rakit, ternyata sekarang sangat berat karena airnya surut,” katanya.
Dikhawatirkan jika kemarau berlangsung panjang, Situ Bagendit mengalami kekeringan parah seperti terjadi pada 2006 lalu.
Saat itu Situ Bagendit seakan berubah menjadi padang rumput.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Wisata Bagendit, Heri Restu Heryana katakan, pihaknya belum bisa mengukur seberapa jauh dampak penyusutan air Situ Bagendit terhadap tingkat kunjungan wisata.
“Sulit diprediksi karena sekarang kan sedang musim sepi kunjungan wisata. Tapi dibandingkan biasanya memang ada penurunan sekitar 50 persen. Akhir pekan pun rata-rata sekitar seratus orang pengunjung masuk ke kawasan obyek wisata,” kata Heri.
Dikemukakan, setiap kemarau permukaan air di Situ Bagendit memang selalu menurun, lantaran pasokan air selama ini mengandalkan dari air hujan dan aliran air irigasi Ciojar bersumber dari kawasan Cipanas pada kaki Gunungapi Guntur.
Cepatnya penyusutan air Situ Bagendit juga diperparah pendangkalan situ. Terutama akibat tumpukan debu Gunungapi Galunggung meletus pada 1982 lalu, dan sampah eceng gondok serta beragam tanaman air lainnya.
Luas areal biasa terairi hanya sekitar 80 hektare dari total luas sekitar 124 hektare. Sebagian arealnya telah lama berubah menjadi daratan sawah kerap menimbulkan konflik antara warga dengan pemerintah.
Harapan melimpahnya pasokan air dari Bendung Copong pun belum terwujud. Sebab Bendung Copong diperkirakan baru dioperasikan pada 2015.
Pada tahun itu pula kemungkinan dimulai proyek pengerukan besar-besaran di Situ Bagendit sebagai upaya menyiapkan Situ Bagendit menampung air dari Bendung Copong itu, katanya.
*******
Noel, Jdh.