“Berbahaya Jika Tak Segera Ditanggulangi, agar warga tak segan-segan memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini. Diharapkan seluruh penduduk menjalani tes HIV/AIDS.”
Ilustrasi Repro Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Ahad, 06/12 – 2015 ).

Direktur Eksekutif “Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia” (PKBI) Kabupaten Garut, Den Den Supresiana menyatakan sejak 2013 hingga kini, proses penularan tertinggi kasus HIV/AIDS di wilayahnya mengalami perubahan.
Lantaran sekarang tak lagi hanya akibat penggunaan jarum suntik, melainkan dari kelompok transmisi seksual. Dengan kata lain, penyebaran HIV/AIDS ke kalangan ibu-ibu, ke lelaki berisiko tinggi, dan “lelaki seks lelaki” (LSL).
“Sampai 2012, penularan tertinggi dari pengguna NAPZA suntik (penasun). Namun per 2013 hingga sekarang, terjadi perubahan penyumbang angka kasus, yakni melalui kelompok transmisi seksual,” ungkapnya.
Dikemukakan, di Garut hingga November 2015 mencapai 435 kasus. Terdiri 128 kasus HIV, dan 307 kasus pada tahap AIDS.
Mereka tersebar di 29 dari 42 wilayah kecamatan, tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Garut Kota mencapai 111 kasus AIDS, serta 34 kasus HIV.
Sedangkan ODHA meninggal dunia mencapai 161. Terdapat 212 lainnya menjalani terapi ARV, sisanya masih berproses terapi.
Usia mereka terpapar HIV/AIDS beragam, mulai usia kurang satu tahun hingga 60 tahun. Namun terbanyak berusia 25-29 tahun mencapai 333. Kasus itu bisa ditemukan nyaris pada semua strata masyarakat, termasuk kalangan “pegawai negeri sipil” (PNS).
Meski penderita HIV/AIDS semakin menunjukkan peningkatan cukup tajam, Den Den tak berani menyimpulkan ini mengindikasikan Garut darurat HIV/AIDS.
“Kita belum tahu indikator atau ukuran darurat tidaknya kasus HIV/AIDS seperti apa. Tetapi memang angka kasusnya terbilang tinggi. Meski kita juga belum memerbarui Garut di posisi ke berapa di Jabar. Yang jelas, pada 2013, kasus HIV/AIDS di Garut ada di peringkat 17 dari 27 kabupaten/kota di Jabar, kemudian 2014, naik menjadi peringkat 10,” bebernya.
“Berbahaya Jika Tak Segera Ditanggulangi”
Menyusul kasus HIV/AIDS di Kabupaten Garut terus meningkat setiap tahun. Sehingga kini “orang hidup dengan HIV/AIDS” (ODHA) mencapai 435. Bahkan sepuluh kasus di antaranya terbaru selama November lalu.
Wakil Bupati kabupaten setempat Helmi Budiman selain merasa prihatin atas kondisi tersebut. Dia juga berpendapat banyaknya terjangkit HIV/AIDS itu, berbahaya jika tak segera ditanggulangi.
Apalagi diduga masih banyak ODHA tak terdeteksi, sebab enggan memeriksakan diri. Padahal berpotensi menularkan penyakit ini pada orang lain.
Karena itu, dia menyerukan agar warga tak segan-segan memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini. Dia malahan berharap seluruh penduduk menjalani tes HIV/AIDS.
“Orang takut kalau mereka HIV positif. Padahal jika diketahui, kita segera melakukan pembinaan. Sekarang pemerintah memiliki klinik HIV/AIDS, ada juga ruang khusus isolasi,” imbuh Helmi, seusai membuka peringatan hari AIDS tingkat Garut di area Car Free Day, Ahad (06/12-2015).
Helmi juga mengingatkan penanganan kasus HIV/AIDS ini, tak bisa hanya dilakukan pemerintah, melainkan mesti melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Pentingnya masyarakat memeriksakan diri, diamini pula Den Den Supresiana.
*********
Noel, Jdh.