Garut News, ( Selasa, 12/11 ).
Penduduk Desa Sukatani di Kecamatan Cilawu, dan sekitarnya sangat sesalkan sikap Pemkab Garut.
Lantaran dinilai justru menelantarkan sekitar 2,5 kilometer lintasan ruas badan jalan menuju perkebunan teh PTPN VIII (Persero) Dayeuhmanggung, hancur.
Kerusakan itu, pada sepanjang jalan sejak gerbang masuk di Kampung Citelu hingga portal kawasan PTPN VIII Dayeuhmanggung.
Bahkan pada beberapa titik badan jalan terdapat lubang berbebatuan besar, dan tajam menyembul ke permukaan.
Lubang-lubang tersebut, juga malahan kerap berubah menjadi aliran sungai bergenangan kolam setiap hujan deras.
Sehingga berpotensi atawa rawan menimbulkan kecelakaan bagi pengendara melintas jalur tersebut, terutama pengendara sepeda motor, diperparah kondisi medan jalan menanjak dan sarat belokan.
“Lihat saja! Begini parah kerusakannya. Masih lebih bagus pamijahan lauk (pembibitan ikan),” ungkap Dadang (50), warga Desa Sukatani, Senin (11/11).
Kata dia, warga beberapa kali mengadukan persoalan ini pada pemerintah setempat, namun tak ada realisasinya.
Padahal jalan itu, bukan hanya menuju perkebunan teh Dayeuhmanggung, melainkan menghubungkan desa lain, Sukamaju, dan Desa Mekarmaju.
Jalan rusak melintasi pula sejumlah lembaga pendidikan, termasuk SMPN 3 Cilawu.
Juga menghubungkan dengan lokasi peternakan, tower Base Transceiver Station (BTS) atawa stasium pemancar telepon seluler, dan tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Administratur PTPN VIII Dayeuhmanggung, Umar Hadikusumah mengaku heran dengan kondisi kerusakan jalan dibiarkan semakin parah.
Padahal pihak Pemkab Garut, termasuk pemerintah Kecamatan Cilawu, dan Dinas Binamarga, sempat menyatakan siap memerbaiki jalan tersebut pada 2013.
Mereka bahkan sempat mengumpulkan para tokoh masyarakat menyepakati pengerjasamaan perbaikan jalan tersebut.
“Kalau enggak salah, waktu itu April. Rencananya, perbaikan Oktober, mengingat masih kemarau. Mereka beberapa kali datang ke sini memastikan rencana perbaikan jalan ini, tapi sampai sekarang tak jelas. Padahal kita juga membuat drainase kerja sama dengan masyarakat,” kata Umar, dengan nada kecewa.
Dikemukakan, pihaknya sangat kesulitan mengembangkan besarnya potensi wisata dimiliki kebun teh Dayeuhmanggung lantaran terkendala akses jalan rusak berat.
Pelbagai konsep pengembangan pariwisata pun sulit direalisasi.
Dikatakan, jalan menuju Dayeuhmanggung pernah diperbaiki pada 2010 dengan biaya sekitar Rp77 juta.
Pelaksanaan perbaikan diserahkan pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sukatani.
“Kalau dulu pada awal-awal pembukaan areal perkebunan, mungkin status jalan ini bisa disebut jalan perkebunan. Sehingga pemeliharaan seluruhnya oleh perkebunan. Tetapi kalau melihat kondisi sekarang, dengan perkembangan penduduk dan segala jenis kegiatan, sewajarnya semua pihak memberikan perhatian, terutama pemerintah daerah. Apalagi status tanah jalan juga bukan HGU perkebunan,” ungkapnya.
Kepala Dinas Binamarga kabupaten setempat, Adeng Sudjarmono bungkam ketika dikonfirmasi terkait perbaikan jalan di Desa Sukatani menuju kawasan kebuh teh Dayeuhmanggung ini.
***** Zainul, JDH.