Kartono Mohamad, Dokter
Garut News ( Senin, 02/12 ).

Zombi adalah manusia berotak rusak.
Ia tidak lagi mempunyai emosi atau empati terhadap orang lain.
Pemerintahan zombi adalah pemerintahan yang para pejabatnya sudah seperti zombi.
Para birokratnya tidak dapat berpikir lain, kecuali perintah atasan.
Birokrat zombi tidak berani berinisiatif, tidak berani berpikir di luar bingkai (out of the box).
Soeharto dalam kurun waktu 30 tahun telah berhasil menciptakan zombi-zombi dalam pemerintahannya.
Merit system tidak berjalan berdasar prestasi dan keberanian mengambil keputusan, tetapi lebih didasari loyalitas dan kebiasaan menjilat.
Hanya ada beberapa pejabat yang berani berpikir dan bertindak di luar bingkai.
Mereka antara lain Emil Salim dan Haryono Suyono.
Tapi eselon bawahnya semua harus menjadi zombi.
Perzombian ini menjadi konis, sampai masa kepresidenan seterusnya.
Ciri pemerintahan zombi yang kronis ini adalah tidak adanya intellectual and moral leadership.
Banyak pejabat memiliki titel berderet, tapi tidak mampu berpikir sebagai intelektual.
Intelektual dan sarjana adalah dua hal yang berbeda.
Birokrat zombi tidak mempunyai nurani (conscience) atau moral.
Mungkin saja mereka beragama dan menjalani ritus agama, tapi itu hanya bagian dari sifat zombi yang bergerak serba otomatis.
Sebab, otaknya sudah rusak.
Mereka seperti kodok dalam praktikum biologi yang diputuskan hubungan otaknya dengan bagian lain tubuhnya, supaya tetap hidup dan bergerak sehingga dapat dipelajari faalnya.
Para birokrat zombi juga sudah putus hubungan antara nalar dan nalurinya.
Mereka hanya haus darah orang lain.
Kalau perlu otak temannya sendiri juga dimakan.
Mengenai hal ini, ada teman yang orang Jepang bilang, “falsafah politikus dan birokrat Indonesia adalah falsafah panjat pinang. Kalau ada temannya yang mau naik, akan ditarik dari bawah supaya jatuh. Kalau sudah naik, ia akan menginjak kepala teman yang di bawahnya.”
Ciri berikutnya adalah bergerak karena direanimasi oleh orang lain, kalau pada zaman Soeharto mungkin oleh mesin kekuasaan diktator.
Di zaman demokrasi neoliberal sekarang ini, mereka direanimasi oleh pemilik uang.
Semboyannya, maju tak gentar untuk yang bayar.
Dan seperti zombi dalam cerita-cerita film, mereka tidak mau berhenti meskipun dihadang.
Kalau ada temannya yang tertangkap KPK, dianggapnya itu adalah nasib.
Salah dia yang ceroboh sampai ketahuan.
Mungkin dia akan ikut mengutuk sambil terus melakukan korupsi.
Berjalan terus layaknya zombi.
Tanpa otak dan naluri.
Birokrat dan politikus zombi akan memarahi temannya jika berani berpikir berbeda dari atasannya, meskipun dalam hati tidak sejalan.
Kalau menjadi anggota parlemen, mereka mengakunya wakil rakyat, tapi yang sebenarnya mereka adalah wakil pimpinan partai.
Mereka tidak berani berbicara lain meskipun kebijakan partai tidak berpihak kepada rakyat.
Birokrat dan politikus zombi juga akan terkejut-kejut melihat fenomena seperti Jokowi-Ahok yang bertindak tidak seperti birokrat pada umumnya, meskipun di negara lain hal seperti itu bukan hal yang aneh.
Ternyata masih ada yang belum terkena virus zombi.
Kapan pemerintahan zombi akan berakhir? Mungkin masih puluhan tahun lagi. *
***** Sumber : Kolopm/artikel Tempo.co