” Inilah…Strategi Cerdas di Era MEA”
H.Heri Kuswara,M.Kom*
Garut News ( Jum’at, 08/01 – 2016 ).

Komitmen Negara-negara Asean dalam mengintegrasikan ekonomi dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade kedalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan langkah maju dalam memerkuat ekonomi Negara anggota dan solusi untuk bersaing dengan komunitas2 perdagangan di Eropa (Uni Eropa), Amerika, Asia Timur, dan komunitas Negara lainnya.
Bergulirnya beberapa hari lalu (31 Desember 2015) ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja, memertegas delapan komitmen kerjasama ASEAN diantaranya : Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas, Pengakuan terkait kualifikasi professional, Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.
Memilik langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan. Meningkatkan infrastruktur., Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN., Memerpadukan segala industri terdapat di seluruh wilayah untuk bisa mempromosikan sumber daerah, Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Sebagai seorang pendidik di perguruan tinggi, penulis “tergerak” menyoroti kesepakatan MEA tentang Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas. Serta pengakuan terkait kualifikasi professional, suka atau tidak, faktanya menurut sumber pada http://finance.detik.com kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketenagakerjaan Negara kita masih berada di peringkat bawah.
Yakni menempati peringkat lima jauh di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand, Jika dilihat dari peringkat diatas, sejujurnya SDM Indonesia dalam kondisi kurang siap bersaing di tingkat ASEAN, bahkan beberapa pengamat mengkhawatirkan masyarakat Indonesia kemungkinan hanya menjadi ‘budak’ di negeri sendiri.
Lantaran, 80 persen pengangguran Indonesia hanya lulusan SMP dan SD. Jika dibandingkan dengan pengangguran negara tetangga, 80 persen pengangguran Singapura dan Malaysia berlulusan perguruan tinggi dan SMA.
Informasi dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) tentang jumlah tenaga kerja kurang terdidik di Indonesia masih tinggi yakni mereka berpendidikan di bawah SD dan SMP mencapai 68,27 persen atau 74.873.270 jiwa dari jumlah penduduk bekerja sekitar 110.808.154 jiwa juga menyebabkan rendahnya produktivitas, dan daya saing tenaga kerja dalam negeri.
Sehingga dikhwatirkan buruh Indonesia akan tersisih, kalah bersaing dengan tenaga kerja terampil asal negara tetangga (ASEAN).
Apalah daya kesepakatan dimulai sejak pertemuan KTT di Kuala Lumpur (Desember 1997), dilanjutkan KTT Bali (Oktober 2003), pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (Agustus 2006) di Kuala Lumpur, dan endingnya KTT ASEAN ke -12 (Januari 2007), para pemimpin negara di Kawasan ASEAN menegaskan komitmen kuat memercepat pembentukan MEA pada 2015, suka atau tidak, siap atau tidak dalam beberapa hari kebelakang kita memasuki arena pasar bebas ASEAN.
Di bidang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Yang terpenting dilakukan saat ini, meningkatkan standarisasi dan sertifikasi profesi SDM.
Sehingga pemerintah, industri dan lembaga pendidikan wajib bersinergi dan berkolaborasi membangun formula tepat guna menjawab era persaingan bebas ASEAN ini.
Bicara terlambat ya tentu terlambat, namun MEA ini jangka panjang tentu saat ini realitanya kualitas SDM kita di bawah beberapa Negara ASEAN, tak mustahil dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan kita menjadi “Singanya” atawa “Macannya” Asean, baik dari sisi kualitas Produk maupun SDM.
Setidaknya menurut Sony Teguh Trilaksono/Group Head Strategic Development & Operation PT Indosat terdapat tiga Aspek tuntutan Kompetensi SDM perlu diperhatikan dalam menjawab era MEA/Global ini adalah :
- Aspek Pengetahuan/Wawasan Global. SDM Indonesia apapun disiplin ilmunya harus menguasai Teknologi dan Informasi, mempunyai Kecerdasan dalam Inovasi & Kreatifitas dan memahami Nilai-Nilai Universal (lintas budaya)
- Aspek Keterampilan. Kemampuan Komunikasi harus Multi Budaya, penguasaan IPTEK & Informatika, Keterampilan dimiliki harus Kompetitif (spesifik & berdaya saing).
- Aspek Sikap/Perilaku. Perlu kedisiplinan, Dinamis & Flexible, Inisiatif & Proaktif, Inovatif & Kreatif, Mandiri/“Survive”, dan berjiwa
Memenuhi tiga tuntutan diatas diperlukan perubahan strategik sistem pendidikan secara revolusioner !!!.
Pengembangan multi kompetensi menjadi sebuah keharusan untuk menciptakan SDM kompetitif mampu bersaing & beradaptasi di era MEA dan Global.
Multi kompetensi yang dimaksud bukan saja unggul dan cerdas dari sisi dimensi Intelektual (Intellectual dimention), namun bagaimana sistem pendidikan diterapkan mampu menumbuhkan kematangan emosional (Emotional dimention), dan tangguh menghadapi berbagai tantangan/tekanan (Adversity dimention).
Arah pendidikan kita saat ini dan ke depan “kudu” selalu sinergi dengan kebutuhan dunia nyata dan industri melalui penyiapan kompetensi SDM yang relevan, mencakup ketrampilan hidup (ketrampilan vokasional & wirausaha).
Penyiapan mental menghadapi lingkungan kompetisi keras, Pemahaman perlunya daya adaptasi terhadap situasi selalu berubah cepat dan tidak terduga, dan Pengembangan daya kreatif serta inovatif menyikapi sumberdaya makin terbatas.
Institusi Pendidikan harus terus melakukan pengembangan kerjasama konstruktif dengan institusi-institusi eksternal (usaha & industri) melalui :
- Dukungan fasilitas dalam internalisasi konsep/keilmuan kedalam dunia praktis (Magang, Riset, KKP, KKN,Kunjungan Study, Guest Speaker, dll)
- Penyiapan kurikulum berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan eksternal
- Penyiapan adaptasi diri mahasiswa/pelajar terhadap situasi lingkungan eksternal & kemandirian hidup
- Peningkatan profesionalisme dosen/pengajar/fasilitator dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif dan interaktif.
- Pengembangan “usaha” saling menguntungkan, sebagai wahana pengembangan jiwa wirausaha di lingkungan pendidikan
Berani melakukan revolusi (perubahan besar-besaran) terhadap “produk usang” sistem Pendidikan, penulis berkesimpulan Lulusan Pendidikan Indonesia bisa menjadi “Pemenang” dalam kompetisi SDM di era MEA, dan Global.
Namun sebaliknya jika Revolusi tidak/lambat dilakukan, akan banyak kita saksikan “tuan rumah” menjadi “budak” di negerinya sendiri alias “Pecundang”.
Demikian Semoga bermanfaat.
*Motivator Pengembangan Karir/Dosen/Ketua GEMA Asgar Jakarta.
******