Pameungpeuk, Cibatu, Cisompet Paling Parah Diranggas Kekeringan

Pameungpeuk, Cibatu, Cisompet Paling Parah Diranggas Kekeringan

925
0
SHARE
Damai Tapi Gersang, Dampak Kemarau Panjang Menerjang 286 Hektare Padi Sawah di Kecamatan Cibatu.
Tanah Merekah, Mencari Lapangan Pekerjaan pun Susah.

“812 Hektare Mengering, 542 Hektare Di antaranya Gagal Panen”

Garut News ( Ahad, 28/07 – 2019 ).

Wilayah Kecamatan Pameungpeuk, Cibatu, dan Cisompet paling parah diranggas kekeringan 2019 ini dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Di ketiga wilayah kecamatan tersebut, pada 24 Juli 2019 ada 812 hektare padi sawah diranggas kekeringan milik sekitar 16.240 kepala keluarga petani dengan sedikitnya 48.720 anggota keluarga.

Lensa Kornea Menjadi Perih, Lantaran Sepanjang Mata Memandang Padi Sawah Mengering di ‘Waterstones’, Cibatu.

Dari 812 hektare yang diterjang kemarau panjang itu, mencapai 542 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso milik sekitar 10.840 kepala keluarga petani juga dengan sedikitnya 32.520 anggota keluarga.

Mereka 32.520 anggota keluarga ini yang sekarang mengalami ‘rawan daya beli’, lantaran selain terjadi kerugian produksi diperparah pula kesulitan mencari lapangan pekerjaan untuk sementara beralih profesi.

Demikian  dikeluhkan sebagian besar petani dari ketiga kecamatan tersebut, termasuk Rokhmat (63) kepada Garut News di Cibatu, Ahad (28/07-2019).

Areal Persawahan Dijadikan Lapangan Sepakbola.

Kasus kekeringan paling parah peringkat pertama justru melanda wilayah Kecamatan Pameungpeuk mencapai 310 hektare padi sawah puso milik sekitar 6.200 kepala keluarga petani, yang menghidupi sedikitnya 18.600 anggota keluarga sekarang berkondisi pula rawan daya beli.

Mereka tersebar pada delapan desa, terdiri Desa Pameungpeuk dengan 27 hektare padi sawah gagal panen, Mancagahar (59 hektare), Jatimulya (54 hektare), Bojong (34 hektare), Mandalakasih (56 hektare), Paas (15 hektare), Sirnabakti (44 hektare), serta di Desa Bojong Kidul berakibat 21 hektare padi sawah gagal panen.

Disusul kekeringan paling parah peringkat kedua meranggas 286 hektare padi sawah di Kecamatan Cibatu, 92 hektare di antaranya mengalami gagal panen, 61 hektare rusak berat, 81 hektare rusak sedang, dan 52 hektare rusak ringan, 197 hektare terancam, dengan luas tanaman padi 722 hektare yang tersebar pada 11 desa.

Kemudian kekeringan terparah peringkat ketiga meerjang 216 hektare di Kecamatan Cisompet, 140 hektare di antaranya gagal panen, dan 76 hektare rusak berat, terancam 112 hektare, dengan luas tanaman padi 1.080 hektare yang tersebar pada 11 desa.

“2.498 Hektare Diterjang Kemarau Panjang”

Sedangkan di seluruh Kabupaten Garut, sedikitnya 149.880 warga terdampak kekeringan 2.498 hektare sawah. Bahkan sekitar 50.760 penduduk di antaranya berkondisi rawan daya beli lantaran 846 hektare mengalami puso atau gagal panen.

“Mereka tersebar pada 266 desa di 40 wilayah kecamatan, dengan luas tanaman yang terancam hingga 24 Juli 2019 mencapai 3.221 hektare, dari luas tanaman 29.881 hektare” ungkap Koordinator “Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan” (POPT) kabupaten setempat Syarifudin didampingi stafnya Ahmad Firdaus, Kamis lalu.

Seluas 2.498 hektare sawah yang diranggas kekeringan akibat kemarau panjang tersebut, milik sekitar 49.960 kepala keluarga petani yang menghidupi sedikitnya 149.880 anggota keluarga terdampak kekeringan ini.

Terdiri kerusakan beratnya 644 hektare, 490 hektare rusak sedang, dan 518 hektare rusak ringan, dengan upaya penanganan gilir giring serta pompa air seluas 1.293 hektare.

Sedangkan 846 hektare sawah di antaranya mengalami gagal panen, milik sekitar 16.920 kepala keluarga petani yang menghidupi sedikitnya 50.760 anggota keluarga berkondisi rawan daya beli.

********

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY