Oh.. Ramadlan..

0
48 views

Oleh :  Tini (Pemerhati sosial)

Garut News ( Rabu, 29/06 – 2016 ).

Ilustrasi. (Muhammad Erwin Ramadhan).
Ilustrasi. (Muhammad Erwin Ramadhan).

“Marhaban ya Ramadlan, Marhaban ya Syahr-ash-shiam”.

Haddad Alwi bersenandung riang diiringi para penyanyi cilik yang berekspresi girang. Kegembiraan itu bukan hanya milik Haddad Alwi tetapi seluruh ummat di dunia juga merasakan gembira dengan kehadiran Ramadlan. Masjid kembali terisi penuh dengan ritual terawih, sms ucapan selamat Ramadhan bersliweran.

Para ustadz juga sibuk dengan ragam agenda ceramah, mulai kuliah subuh, kultum berbuka puasa, hingga menjadi imam terawih, dan memimpin itikaf. Mereka menyambut ummat yang selama Ramadlan menjadi luar biasa dengan tawjih, serta tausiyah para ustadz.

Para pedagang pemilik mall dan hampir semua pengusaha juga bergairah dengan kehadiran Ramadlan, seolah menyambut janji Nabi SAW. bahwa Ramadlan bulan ditambahkan rizki oleh Allah SWT. Para pengusaha hapal, pada bulan ini pengeluaran rumah tangga masyarakat juga meningkat, berapapun harga barang ditawarkan dibeli, itu berarti tambahan keuntungan bagi mereka.

Bahkan pemerintah juga kerap terindikasi berlagak sigap menyambut Ramadlan, menyerukan penutupan tempat-tempat hiburan, merazia, dan memusnahkan miras serta narkoba. Tak lupa mereka juga bertarawih keliling atawa berbuka puasa bersama masyarakat, seolah menunjukkan mereka pun gemar beribadah, dan bisa dekat masyarakat kecil, serta para santri.

Ramadlan memang seperti keajaiban, ia bisa mengubah suasana sekuler yang carut marut menjadi pendorong keimanan.

Sayang, keindahan ini serba sesaat disebabkan kita bukan berada di dalam naungan syariat Allah SWT yang di jalankan oleh Al-Khalifah penguasa Negara Islam sedunia. Puasa adalah bagian dari serangkaian ketundukan total kepada Allah SWT, bukan sesuatu yang terpisah dari rangkaian ketaatan yang lain.

Memisahkan puasa dari hukum-hukum Allah SWT yang lain adalah sebuah perbuatan tercela. Allah SWT berfirman yang artinya “Apakah kalian mengimani sebagian Al-Kitab dan mengingkari sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan ke dalam siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat (TQS. Al-Baqarah [2 ]: 85).”

Mereka yang berpuasa dengan sepenuh hati namun merasa sudah menunaikan kewajiban Allah dengan sebaik-baiknya. Padahal bagaimana bisa dikatakan seseorang masih berpuasa karena Allah, jika lidahnya mencaci maki orang-orang yang berjuang menegakkan Syariat Allah dan RasulNya, apalagi bersekutu dengan musuh-musuh Allah untuk menghalangi tegaknya Izzul Islam wal Muslimin?

*******

Alamat penulis : Sumbersari (Garut Kota).

Editor : John Doddy Hidayat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here