Garut News ( Rabu, 26/02 – 2014 ).
Bertutur Bahasa Sunda “merenah” atawa berdasar acuan tata bahasanya.
Berperilaku sopan, taat beribadah, serta memiliki intelektualitas tinggi.
Di antaranya diimplementasikan jika berbicara tidak “garihal” atawa bergaya premanisme, melainkan “handap asor” maupun merendah.
Terkait inisiasi Bupati Garut Rudy Gunawan bersama Wakilnya Helmi Budiman, antara lain mencanangkan setiap Rabu, seluruh birokrat Pemkab/Setda setempat mengenakan pakaian Adat Sunda.
Bahkan pegawai perempuan mengenakan kebaya.
Patut diapresiasi positip, bahkan tak hanya berpakaian “nyunda” berpenampilan “adi” itu.
Melainkan idealnya bisa berkarakter sejalan dengan nilai adi luhung kearifan lokal masyarakat Tatar Priangan.
Memiliki empati tinggi terhadap penderitaan pegawai.
Senantiasa membangun komunikasi harmonis, dengan siapapun, atawa tak mentang-mentang menjadi pejabat.
Tak mentang-mentang berkondisi sosial ekonomi mapan.
Termasuk tak membusungkan dada, lantaran merasa berstatus terhormat.
Lantaran selama ini, banyak fakta membuktikan banyak pejabat berbasis pendidikan tinggi, dan merasa diri kaum terhormat.
Menjarah duit negara, bahkan menjadi bangga meski masuk penjara.
Buni Yani, Peneliti dari Universitas Leiden, Belanda berpendapat pula politisi busuk lebih berbahaya daripada para mafia.
Menurutnya, mafia membunuh sedikit orang dengan desing peluru yang membabibuta.
Sedangkan para politikus busuk, bisa merenggut nyawa jutaan orang, dengan Undang-Undang dan Peraturan yang tak berpihak pada rakyat.
Mereka kaum berpesta pora, di tengah penderitaan rakyat.
Mereka ingin menjadikan negeri ini “Kleptokrasi”.
Masyarakat kudu menandai muka, nama, dan partai para politikus busuk ini, menjelang pemilu sebentar lagi digelar.
Apabila memilih mereka, itu sama artinya menciptakan neraka sejak di dunia ini, ungkap Buni Yani.
*****
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.