Jodhi Yudono

Wartawan dan budayawan.
Wartawan dan budayawan
Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.
Garut News ( Kamis, 13/04 – 2017 ).
“Novel adalah kami dan kami adalah KPK yang tidak akan pernah berhenti untuk berjuang melawan korupsi. KAMI NOVEL DAN KAMI TIDAK TAKUT.”
Begitulah akhir keterangan pers yang dikirimkan oleh Hery Nurudin, Ketua I Wadah Pegawai KPKZ pada hari ini, Selasa 11 April 2017. Hari di mana Ketua Wadah Pegawai KPK, Novel Baswedan, mengalami musibah akibat disiram dengan menggunakan air keras sekira pukul 05.10 WIB setelah menunaikan Sholat Subuh berjamaah di Masjid Al Iksan yang terletak di sekitar kediaman Novel, di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Ya, Novel adalah kami, orang-orang yang masih memiliki harapan dan cita-cita tentang Indonesia yang lebih baik ketika korupsi sudah tiada lagi di negeri ini.
Novel adalah kami yang masih percaya akan janji Tuhan tentang sorga dan neraka serta hari pembalasan. Itulah sebabnya kami masih memelihara keberanian untuk mengganyang kejahatan bernama korupsi yang masih merajalela di negeri ini, apa pun taruhannya.
Novel adalah kami yang berupaya menjaga jalan lurus kehidupan dari orang-orang yang suka mengikuti jalan setan demi mengejar harta dan kekuasaan secara singkat dan gampangan, dengan mengabaikan kepatutan.
Novel adalah kami yang masih menyisakan ruang untuk bercermin, agar kami bisa melihat jasad dan kedalaman hati dan karenanya tetap memiliki rasa malu jika berbuat jahat dan merugikan orang lain.
Novel adalah kami yang kini terluka tapi tak membuat kami gentar. Fitnah, teror, intimidasi sudah datang bertubi kali, hingga hari ini terjadi penyiraman air keras; tapi tak membuat mati nyali kami. Novel adalah kami yang kini kedua matanya mengalami luka, dan ditinggal pergi para pencoleng yang ingin kami cacat dan tak lagi bisa melihat. Ya, sebelumnya Novel pernah ditabrak mobil ketika naik motor, dan dikriminalisasi saat menyelidiki kasus simulator SIM. Kami mafhum, serangan ini adalah kelanjutan upaya menekan Novel agar menghentikan langkah-langkahnya membongkar kasus-kasus korupsi besar.
Novel adalah jalan sunyi yang sedikit orang mengerti, mengapa dia memilih hidup di jalan yang penuh marabahaya padahal tawaran hidup berkecukupan sebagai perwira polisi terbentang luas di muka. Novel adalah kami, warga biasa yang hidup nyaris tanpa perlindungan dari orang-orang pengecut yang lempar batu sembunyi tangan.
Ya, Novel adalah jalan sepi di tengah keriuhan kaum pengecut yang berlagak bersimpati, padahal mereka ingin melihat Novel mati. Novel adalah tumbal perayaan kaum pengecut yang mengenakan topeng manusia bijak dengan bilah pisau yang terhunus.
Lihatlah Novel… yang berjalan sendiri, sementara kita? Hmmm… jangan-jangan kita juga ada di barisan kaum poengecut, seperti yang ditulis oleh Mark Twain, seorang penulis dan komedian Amerika; “The human race is a race of cowards; and I am not only marching in that procession but carrying a banner.”
@JodhiY
**********
Kompas.co