Garut News ( Rabu, 16/07 – 2014 ).
Mak Iyah, nenek renta berusia 75 tahun itu biasa akrab disapa, hidup sebatangkara pada rumah panggung sangat sederhana.
Hanya berdinding anyaman bambu atawa bilik, serta beralaskan papan berbahan baku kayu tak berkelas, sejak lama hidup menjanda.
Namun selama ini, hampir tak pernah menyusahkan siapapun, termasuk tak membebani satu-satu anak kandung kini sudah berutangga.
Mak Iyah, memiliki produk unggulan kreatifnya, ditekuni sejak puluhan tahun lalu.
Berupa pembuatan ranginang ketan, rasa asin juga berasa manis.
Meski kini, kian berpostur badan semain membongkok lantaran usia lanjut, tetapi setiap pagi, siang dan sore tetap “concern” dengan produk kreatifnya itu.
Waktu-waktu luangnya antara lain dimanfaatkan menjemur dan menjaga jemuran ranginangnya tetap disinari cahaya matahari.
Seluruh proses produksi hingga pemasaran, berlangsung manual juga dilakukan mandiri atawa sendirian, termasuk mengupayakan pengadaan bahan baku.
Ranginang rasa asin dijual seharga Rp20 ribu per kilogram, sedangkan rasa manis Rp25 ribu per kilogram, seluruhnya berbahan baku beras ketan.
Nenek empat cucu ini, penduduk Kampung Panawuan Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, tersebut selama ini pula “tak pernah mendapat pasokan bantuan apapun dari Pemkab setempat”.
Kini semakin gencar memproduk ranginangnya, guna memenuhi serbuan pembeli menjelang Lebaran Idul Fitri 1435 H/2014.
“Sehingga bisa menjamin pemenuhan kehidupannya terus berjalan”.
********
Esay/Foto : John Doddy Hidayat.