Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Ahad, 20/12 – 2015 ).

“Tak Sekinclong Cahaya Mercu Suar”, itulah barangkali kondisi selama ini mendera denyut nadi kehidupan sebagian besar kalangan nelayan bersama keluarganya masing-masing.
Mereka bermukim pada sepanjang 83 kilometer lebih, bentangan pesisir bibir pantai Wilayah Garut Selatan.
Memotret sosial ekonomi mengenaskan tersebut, lantaran selama ini sebagian besar kalangan nelayan tradisional tak jauh beda dengan “buruh”.

Mereka bisa melaut dengan pasokan permodalan dari “juragan” ikan. Sehingga harga jual produk tangkapannya pun berdaya jual relatif murah sesuai standar harga sang juragan.
Sehingga dipastikan uang yang bisa nelayan peroleh memenuhi kehidupan keluarganya pun, relatif kecil. Sebab hasil penjulan produk tangkapan ikan mereka masih dipotong dengan biaya operasional semalam suntuk melaut.
Bahkan acap masih pula digergaji cicilan utang-piutang, saat nelayan dihantam musim paceklik.
Maka jangan heran, banyak anak-anak nelayan tak bisa menikmati jenjang pendidikan tinggi, sekalipun sekolah digratiskan, akibatnya banyak pula anak usia sekolah ikut serta mencari ikan bersama orang tuanya masing-masing.

Malahan ragam jenis ikan bergizi tinggi pun, terbilang langka bisa dikonsumsi keluarga nelayan, sebab mereka lebih mengutamakan untuk dijual daripada bisa dinikmati.
Kondisi ini, antara lain diperparah terdapatnyamoda pencari ikan berupa tiga unit “Perahu Layar Motor” (PLM). Sejak lama teronggok bisu.
Lantaran sejak lama di kandaskan pada hamparan pesisir Pantai Sayang Heulang.
Sehingga tiga unit PLM, yang antara lain bersumber dari “Dana Alokasi Khusus” (DAK) Provinsi Jawa Barat, serta Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2012 tersebut, kini nyaris menjadi atawa menyerupai sarang hantu.
Ketiganya, mengesankan dibiarkan teronggok kaku maupun diterlantarkan seputar perairan Santolo Cilauteureun, pada perbatasan antara wilayah Kecamatan Cikelet dengan Pameungpeuk.

Selain sekarang konstruksi bangunan kayunya bisa semakin rapuh maupun kian lapuk.
Juga ragam piranti mekaniknya, antara lain baling-baling, keping kemudi, serta perangkat berbahan logam lainnya semakin dapat dipastikan kian digerogoti karat.
Padahal, hingga sekarang sebagian besar sarana-prasarana penangkapan ikan seputar perairan itu masih terbilang sangat sederhana, atawa tradisional.
Bahkan banyak pula di antaranya hanya menggunakan perahu biasa.
Termasuk pula hanya mengandalkan hasil pemancingan di atas terumbu karang pesisir pantai.
Sehingga kualitas kesejahteraan maupun sosial nelayan tradisional ini, masih sangat menyedihkan.
********