Misteri Keberadaan Banteng Sancang

0
633 views

Garut News, ( Jum’at, 04/10 ).

Ilustrasi. (Ist).
Ilustrasi. (Ist).

Pemuka masyarakat Desa Sagara, Cibalong, Garut, Jabar, termasuk Gono Karno(50) mengaku melihat sekelompok banteng (bos sondaicus) di kawasan Cagar Alam Sancang belum lama ini.

Padahal sejak lama, satwa khas penghuni hutan Sancang tersebut, dinyatakan punah dari habitatnya.

Bahkan, Gono juga mengaku kerap melihat gerombolan Banteng Sancang itu pada beberapa bulan terakhir.

“Saya hitung jumlahnya sekitar 11 banteng. Dewasanya sekitar tujuh ekor. Warnanya kecoklatan. Saya tak tahu persis berapa jantan dan betinanya. Soalnya, lihatnya dari jauh,” katanya, Kamis (3/10).

Relawan peduli leuweung (hutan) Sancang juga pegiat Paguyuban Peduli Adat Budaya Sunda tersebut, katakan dirinya bersama sejumlah warga lain sekitar kawasan Cagar Alam Sancang rutin melakukan penelusuran kawasaan.

Bertujuan turut menjaga, dan melestarikan keberadaan Cagar Alam Sancang dari kerusakan oknum tak bertanggung jawab.

Acap kali, katanya dia dan rekannya memasuki ke kawasan hutan membawa bibit tanaman kayu-kayuan untuk ditanam pada areal rusak akibat penjarahan sejak beberapa tahun awal reformasi lalu.

Begitupun mangrove ditanam di sekitar pesisir pantai agar mencegah abrasi.

Kadangkala pula, Gono memasuki hutan sekadar menyepi bertafakur sambil menikmati panorama keindahan alam ciptaan Allah SWT.

Di sela kegiatan itulah, kerap dilihatnya sekelompok banteng merumput pada suatu tempat tak jauh dari pesisir pantai.

“Tempatnya berpindah-pindah. Tetapi acap terlihat agak mendekat ke pesisir bibir pantai. Saya sendiri tak berani mendekat, takut mengganggu. Seringnya terlihat siang. Namun saya enggak punya fotonya lantaran tak punya kamera. HP pun jadul (jaman dulu). Hanya bisa nelpon, dan SMS,” ungkap Gono, memerlihatkan ponselnya.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah V Garut, menyangsikan pengakuan Gono masih terdapat banteng di kawasan Cagar Alam Sancang.

“Banteng Sancang itu sejak lama punah. Memang kalau sekadar pengakuan melihat terdapat banteng di sana cukup sering kita terima dari warga. Tetapi sulit dibuktikan. Satwa masih sering terlihat di sana, paling Owa Jawa, Macan Tutul, dan burung-burung. Kalau Banteng, sudah punah. Apalagi Maung Sancang (Harimau Sancang),” tegas Kepala Seksi Wilayah V Garut, Teguh Setiawan, didampingi staf Sub Seksi Ekosistem Hutan, Sepdi Hendayana.

Diduga, kepunahan banteng Sancang terjadi akibat aktivitas perburuan liar, kemudian maraknya penjarahan hutan Sancang, terutama pada masa awal era reformasi.

Sempat terdapat wacana hendak didatangkan banteng sejenis dari daerah lain, dikembangbiakkan di kawasan Cagar Alam Sancang.

Namun hingga kini masih tak ada kejelasannya.

Sepdi menegaskan, kawasan Cagar Alam Sancang, ikon cagar alam paling lengkap di Kabupaten Garut harus dilestarikan.

Mulai kawasan hutan luasnya mencapai sekitar 2.1313,90 hektare, hingga perairan pantainya sekitar 1.150 hektare.

Selain terkenal dengan pohon kaboa (dipteroearpus gracilis), ikon tanaman hutan Sancang, di kawasan konservasi tersebut terdapat tanaman langka meranti merah (anisoptera) raksasa berukuran lingkaran batang pohon sekitar 300 centimeter, dan tinggi sekitar 27 meter.

Pohon berusia ratusan tahun itu, tercatat satu-satunya meranti merah tumbuh di pulau Jawa.

“Uniknya, selain satu-satunya meranti merah tumbuh di pulau Jawa, meranti merah di Sancang ini juga sulit dikembangkan. Beragam cara diupayakan dikembangkan, tetapi tak pernah berhasil. Para peneliti kebingungan. Padahal jenisnya sama dengan meranti merah di Kalimantan, atawa family anisoptera,” ungkapnya.

Karena itu, menjaga kelestarian meranti merah itu, dari gangguan tangan-tangan jahil, lanjut Sepdi.

Pada sekeliling pohon ini, dipasang pagar pengaman berbahan besi.

“Menariknya lagi, pada kanan kiri meranti merah berdiri pohon palahlar (dipterocarpus spee.div) juga berukuran besar. Namun tak sebesar meranti merah,” katanya.

****** Zainul.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here