Esay/Foto : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Ahad, 21/12 – 2014 ).
“Kumis Tebal” (Kumuh, Miskin, dan Terbelakang), demikian fenomena denyut nadi kehidupan memilukan mendera sebagian besar penduduk sepanjang bibir bantaran Sungai Cimanuk, Garut, Jawa Barat.
Justru, mereka hadir menapaki kehidupan pada zona rawan banjir dan penyakit di Perkampungan Cimacan tersebut, dengan “asa” atawa harapan bisa “meretas” maupun membedah atawa memutus kemiskinan selama ini dialaminya.
Juga barangkali untuk bisa “menggedor” beragam ketakadilan dialaminya selama ini.
Lantaran selama inipun, mereka paham bahaya banjir bandang luapan sungai bisa terjadi setiap saat.
Namun hendak kemana lagi mencari nafkah, memenuhi kebutuhan pokok, nasi dengan lauk-pauk ala kadarnya.
Serta pemenuhan kebutuhan sandang dan pemukiman dari sisa serpihan pemenuhan kebutuhan “kampung tengah” atawa perut.
Barangkali inilah, wajah kemiskinan sebenarnya di kabupaten bernama “Garut”.
Di kabupaten yang menjelang akhir 2014 ini, juga didera bencana sosial berupa tragedi kemanusiaan sangat memalukan sekaligus sangat miris.
Sedikitnya 24 warganya menjadi korban “minuman keras” (miras) oplosan, bahkan sekitar 17 korban di antaranya meregang nyawa, tewas mengenaskan.
Ratusan kepala keluarga atawa ribuan penduduk ini, menjadikan kawasan berbahaya menjadi habitat kehidupannya.
Mereka amat-sangat memerlukan solusi, membutuhkan pencerahan dan proses pembelajaran dari siapapun.
Termasuk dari para pemangku kewajiban, yang kerap selama ini pula acap memanfaatnya untuk mendulang suara menjelang Pileg maupun Pilkada juga Pilkades.
Sebab di Garut juga sempat terdapat budidaya tanaman ganja, serta merebak maraknya penyalahguna Narkoba, serta zat adiktif lainnya.
********