Mengambil Hikmah dari Ottoman

0
6 views
Menjadi Beratnya Beban Kehidupan.

28 Aug 2023, 03:30 WIB

Menjadi Beratnya Beban Kehidupan.

“Penaklukan wilayah oleh Ottoman lebih pada pengembangan Islam”

Oleh AUNUR ROFIQ

Kelahiran Ottoman tidak terlepas dari cikal bakalnya, yaitu Sulaiman. Orang-orang Turki Utsmani yang berasal dari kabilah-kabilah Turki, yang senang berperang, di wilayah Turkistan.

Ketika mereka diserang bangsa Mongolia, dipimpin Sulaiman, menyelamatkan diri ke arah selatan Kaukasus. Sulaiman digantikan anaknya, Urthughul. Dia mempunyai anak lelaki bernama Utsman dan nama ini yang digunakan sebagai nama kerajaan.

Dalam sejarah politik pemerintahan Islam, kaum Ottoman ini memerintah satu kerajaan yang terbesar. Wilayahnya meliputi ketiga benua, yaitu Asia, Eropa, dan Afrika.

Dalam sejarah politik pemerintahan Islam, kaum Ottoman ini memerintah satu kerajaan yang terbesar. Wilayahnya meliputi ketiga benua, yaitu Asia, Eropa, dan Afrika”

Dalam hal perlakuan terhadap orang-orang bukan Islam yang bermacam-macam dengan keadilan dan persamaan, seperti yang diamanatkan dalam ajaran Islam.

Adapun dalam penaklukan suatu wilayah, kaum Ottoman bukan bermotifkan ambisi, tapi lebih pada pengembangan Islam.

Masa pemerintahan kaum Ottoman ini menjadikan rakyatnya yang bukan Islam (kaum Yahudi dan Kristen), menikmati masa perdamaian yang lebih lama dan menikmati hasil pemerintahan yang efisien dan adil.

Pada saat kekuasaan diamanatkan pada Muhammad bin Bayazid II atau yang dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Muhammad al-Fatih, yang menjadi sultan pada tahun 854 H/1451 M, dia berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M.

Maka dikatakan bahwa ia mampu menguasai kekaisaran Bizantium. Ketika masa Sultan Salim I pada 922 H/1516 M, ia telah menguasai Mesir dan terus berkembang menguasai jazirah Arab dan sebagian Afrika (Yaman, Aljazair, Tunisia, Maroko, Irak, dan Libya).

Selama lima abad, pemerintahan Islam Utsmaniyah menjalankan peran untuk melindungi kaum muslimin dan negeri Arab”

Selama lima abad, pemerintahan Islam Utsmaniyah menjalankan peran untuk melindungi kaum muslimin dan negeri Arab. Kekuatannya merupakan benteng kaum muslimin, dan kerajaan yang dibangun menjadi cikal bakal dari Sulaiman.

Kekuatan tentaranya teruji, sehingga pemerintahan ini seakan menjadi musuh bersama kaum Yahudi dan kaum Kristen. Para lawan politik ini telah bersekutu dan membuat strategi untuk menjatuhkan pemerintahan Utsmaniyah.

Salah satu langkah pelemahan pemerintahan Utsmaniyah ini oleh lawan politiknya dengan menyebarkan diskriminasi rasis, nasionalisme, dan sekulerisme.

Hal ini cukup efektif dapat melemahkan, seperti, pertama, rusaknya perangkat pemerintahan karena perilaku suap. Kedua, campur tangan orang yang berpotensi melemahkan urusan dalam pemerintahan. Ketiga, tenggelam dalam kemewahan.

Kelemahan ini menjadikan pemerintahan Utsmaniyah lemah karena banyak persoalan internal yang menjadi fokus. Padahal pada saat yang sama menjadi incaran lawan politiknya.

Teridentifikasi sejumlah faktor penghancur pemerintahan Utsmaniyah. Pertama, sesuai firman-Nya dalam surah al-Anfal ayat 46, “Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.“ Perselisihan politik, fanatisme, perebutan kekuasaan, dan ambisi terhadap kedudukan.

Kedua, tenggelam dalam beragam kemewahan. Padahal ini sudah diperingatkan Allah SWT dalam surah al-Isra’ ayat 16. “Dan jika kamu hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu…”

Ketiga, memberikan kepercayaan dan wewenang kepada orang-orang yang tidak berhak mendapatkannya. Ini sudah menjadi pedoman dalam menjalankan pemerintahan atau organisasi sosial maupun bisnis, sesuai dengan firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 118.

Keempat, perintah-Nya untuk tidak tergoda oleh tipu daya para penjilat dari kalangan musuh dan kagum dengan aktivitas mereka. Simaklah surah Ali Imran ayat 100.

Kelima, kelemahan akidah yang mengantar pada dekadensi moral menuju kebinasaan. Sebetulnya, faktor ini sangat penting dan merupakan landasan dalam kehidupan.

Simak firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 149, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang kafir itu niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.”

Menoleh ke belakang akan menghilangkan waktu, apalagi kembali ke belakang. Islam selalu mengajarkan menatap dan berbuat untuk masa depan, seperti perintah-Nya dalam surah al-Ashr.

Menoleh ke belakang akan menghilangkan waktu, apalagi kembali ke belakang. Islam selalu mengajarkan menatap dan berbuat untuk masa depan, seperti perintah-Nya dalam surah al-Ashr”

Keruntuhan ini bisa dicermati saat peradaban mengalami perpecahan, maka timbullah benih-benih yang saling berlawanan dan saling menjauh.

Kita akan menyaksikan perubahan yang haq (benar) menjadi kebatilan, tingkah laku yang makruf menjadi kemungkaran, kebodohan berubah menjadi kepemimpinan, dan tingginya kedunguan serta rendahnya cahaya keilmuan.

Hal ini semua merupakan indikasi suatu negeri menuju kebinasaan seperti saat menimpa pemerintahan Utsmaniyah di akhir hayatnya.

Maka hendaknya kita mengambil hikmah untuk tidak mengulangi kegagalan yang lalu (merupakan ikhtiar) meskipun semua itu akan tunduk pada qadar Allah SWT.

Semoga tali akidah menjadikan alat pemersatu meski tidak dalam suatu wadah bagi para pemimpin Muslim. Masa depan jadikan fokus tujuan dalam menjalankan perintah-Nya.

*******

Republika.co.id/Ilustrasi Fotografer : Abah John.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here