Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 12/04 – 2016 ).

Penyuluhan mengenai deteksi dini diabetes harus menjadi salah satu prioritas Kementerian Kesehatan. Berbagai survei lembaga kesehatan di Hari Kesehatan Internasional yang jatuh pada April ini menempatkan Indonesia dalam kelompok negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi.
Pada 2011, Indonesia masih berada di peringkat ke-10 dunia untuk masalah diabetes. Pada tahun itu, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah memperingatkan bahwa Indonesia sudah memasuki epidemi diabetes melitus.
Seandainya peringatan itu diperhatikan, mungkin penderita diabetes di Indonesia tidak akan meningkat secepat saat ini. Pada kenyataannya, jumlah penderita diabetes Indonesia kini sudah berada di peringkat ke-5 dunia.

Hanya dalam satu tahun, jumlah penderita diabetes di Indonesia melonjak 600 ribu orang menjadi 9,1 juta orang pada 2014. Diperkirakan, pada 2035 nanti, ada sekitar 14,1 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes. Risiko kematian bagi para penderita itu juga tinggi.
Diabetes Country Profile 2016 Indonesia yang dikeluarkan WHO menyatakan angka kematian warga Indonesia berusia 30-69 tahun sekitar 48.300 orang.
Pertumbuhan jumlah penderita diabetes di Indonesia bisa sangat cepat karena banyak orang tak sadar sudah terkena penyakit ini. Rata-rata orang Indonesia memandang remeh penyakit ini lantaran kemunculannya tanpa gejala menyakitkan: “hanya” sering haus, sering buang air kecil, dan berat badan turun tanpa disertai penyebab jelas. Padahal risiko penyakit ini sangat tinggi.
Diabetes sejauh ini diyakini sulit disembuhkan dan cenderung akan makin parah dari tahun ke tahun. Penderitanya akan sangat bergantung pada obat-obatan dan suntikan insulin untuk mencegah penyakitnya semakin parah. Diabetes juga akan memicu penyakit lain, seperti ginjal, tekanan darah tinggi, dan jantung.
Kebanyakan korban diabetes Indonesia muncul karena terlambatnya diagnosis. Sesungguhnya diabetes adalah penyakit yang dapat dicegah. Diabetes, terlebih tipe 2, pada umumnya disebabkan oleh gaya hidup tak sehat, terutama dalam hal makanan dan minuman.
Perubahan gaya hidup ini merupakan akibat dari perbaikan ekonomi masyarakat Indonesia. Pada gilirannya, perbaikan ekonomi ini telah memicu berbagai penyakit, termasuk diabetes.
Pada titik ini, Kementerian Kesehatan sebetulnya bisa mencegah bertambahnya jumlah penderita diabetes dengan sosialisasi, edukasi, dan langkah pencegahan dini terpadu kepada masyarakat umum.
Sosialisasi dan edukasi harus diberikan, baik kepada orang tua maupun para siswa di sekolah. Pencegahan merupakan salah satu metode terbaik untuk menurunkan jumlah penderita diabetes.
Kementerian juga harus memasukkan hal-ihwal diabetes ke program senasional Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tak Menular). Dengan berbagai langkah itu, Indonesia bisa mengurangi jumlah penderita diabetes.
*******
Opini Tempo.co