“Mereka Berkondisi Sosial Ekonomi Semakin Murat – Marit”
Garut News ( Jum’at, 03/11 – 2017 ).

Garut News kembali menampilkan potret kondisi dari sedikitnya 2.525 penduduk atau 787 “kepala keluarga” (KK) korban terdampak banjir bandang puncak amuk Sungai Cimanuk pada 20 September 2016 silam.
Hingga kini lebih satu tahun pascabencana ini. Ternyata masih terdapat sekitar 1.756 penduduk atau 596 KK di antaranya tercerai berai domisilinya, dengan kondisi sosial ekonomi mereka yang semakin murat-marit

Lantaran berdasar produk pendataan diselenggarakan Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana pada Dinsos kabupaten setempat, Budiyana menunjukan kondisi terakhir pengungsi yang berada pada empat “hunian sementara” (Huntara), Selasa (17/10-2017), hanya 191 KK atau 769 pengungsi.

Terdiri pada Huntara LEC ada 14 KK atau 70 pengungsi, Gedung Islamic Center 45 KK atau 160 pengungsi, Gedung LPSE 28 KK atau 127 pengungsi, Gedung Balai Paminton 10 KK atau 36 pengungsi, serta di Rumah Susun milik PU terdapat 94 KK atau 376 pengungsi.

Sedangkan yang telah menempati rumah tapak di Blok Kopi Lombong 42 KK pengungsi, namun yang kini menempatinya masih bisa dihitung dengan jari, lantaran selain menunggu tuntasnya sambungan aliran listrik. Juga banyak rumah di antaranya sedang direhabilitasi para pemiliknya.

Dalam pada itu sekitar 1.756 penduduk atau 596 KK korban terdampak tragedi banjir bandang itu, mereka tercerai berai selain banyak di antaranya menempati rumah kontrakan, rumah sanak saudara, juga banyak pula di antaranya menempati rumahnya semula di lokasi rawan bencana.

Seluruh korban terdampak bencana tersebut, sangat mengharapkan bantuan permodalan dari pemerintah, juga bisa diperolehnya pemberian keterampilan.

Namun sungguh ironis, sejak Juni 2017 hingga pertengahan Oktober 2017 bantuan dari pusat berupa dana hibah senilai Rp140,08 miliar bersumber BNPB/APBN 2017 ternyata masih diparkir di kas daerah/bjb kabupaten setempat.

Padahal alokasi dana sebesar itu, dialokasikan pada sektor perumahan, inprastruktur jalan dan jembatan, serta sosial ekonomi para korban terdampak.

Sedangkan pembangunan rumah tapak, serta rumah susun yang kini masih berjalan, diperkirakan pula masih ada kekurangan penyediaan sekitar 1.303 unit rumah.

Meski dengan ragam alibi apa pun, tetapi lambannya kinerja penyerapan pemanfaatan dana hibah senilai Rp140,08 miliar tersebut, sangat berpotensi bisa memerpanjang penderitaan bahkan duka para korban terdampak puncak amuk Sungai Cimanuk.

Dengan kondisi sosial perekonomioan sebagian besar korban terdampak bencana, amat sangat memprihatinkan, sementara jika hingga Juni 2018 mendatang dana hibah itu tak terserap, terpaksa harus dikembalikan kepada kas negara.

********
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.