Melongok Kejayaan PO Sabang Jaya, Bus Kayu di Bangka Selatan

0
136 views
PO. Sabang Jaya. (dok: InCUBUS 2017).

Red: Hazliansyah

PO. Sabang Jaya. (dok: InCUBUS 2017).
PO. Sabang Jaya. (dok: InCUBUS 2017).

REPUBLIKA.CO.ID, — Hasan Rusli baru saja genap berusia 77 tahun. Namun ingatannya masih kuat mengenang saat orang tuanya memulai usaha transportasi bus di Pulau Bangka.

“Tahun 1951 mulai pertama beroperasi, tahun 1953 buka trayek Pangkalpinang pakai mobil Chevrolet,” kata dia sambil menunjuk dinding rumahnya yang dipenuhi foto dokumentasi keluarganya.

Hasan adalah penerus usaha mendiang orang tuanya Rusli Eddy. Bus kayu Chevrolet yang diproduksi selama tahun 1948–1953. Di masa itu, bus-bus kayu menggunakan chassis truk sebagai basis membangun bodi bus. Biasanya bagian depan mulai dari bumper hingga kaca yang masih menunjukkan anatomi truk, sisanya mulai dashboard ke kebelakang hanya rangka besi.

aa458Berdasarkan buku American Truck Spotter’S Guide 1920–1970 karya Tad Burness, truck Chevrolet saat itu memiliki perbedaan tenaga mesin yang dihasilkan. Mulai 90-93 HP di tahun 1948 kemudian berkembang menjadi tiga varian yakni 92, 102 dan 105 HP di tahun 1950 lalu berkembang lagi menjadi 92, 107 dan108 HP di tahun 1953.

Ingatan Hasan melambung ke masa dia sekolah saat pertama kali orang tuanya menjalankan usaha transportasi bus. Dulu, kata dia, bus yang dioperasikan ayahnya memiliki tenaga yang besar. Selain mengangkut penumpang, rak di atap bus juga untuk mengangkut barang. Mulai barang dagangan hingga barang penumpang berupa tas dan oleh-oleh.

“Tenaganya jangan ditanya lo, badannya besar dan terlihat gagah, lebih besar dari bus sebelumnya,” kata dia saat menunjuk ke foto sebuah bus berwarna hitam.

Disinilah sejarah PO. Sabang Jaya dimulai di Bangka. Bus-bus berbadan kayu yang besar menyusuri jalan yang membelah Pulau Bangka dari Selatan ke Utara sejauh 100 km lebih. Usaha transportasi bus Rusli Eddy atau Lie Sung Fuk tergolong berkembang. Bermodalkan satu unit bus, lalu bertambah menjadi 11 unit. Sejalan dengan namanya, Sung : ganda, Fuk : rejeki atau rejeki yang berlipat.

Lima puluh tahun lebih perusahaan itu melayani masyarakat Bangka. “Yang saya ingat waktu sekolah SMA tahun 1990-an akhir kalau hari Senin, saya selalu naik bus kayu itu. Berangkat habis subuh jam setengah lima pagi dari rumah saya di Koba ke Pangkalpinang. Naiknya di atap karena sering nggak kebagian kursi di dalam,” ujar Afrizal, warga Koba mengenang PO. Sabang Jaya.

Bentuk dan warna busnya yang khas mudah dikenali dari jauh. Kapasitas 38 penumpang. Di tahun 1970-an, Hasan Rusli mengganti armada bus warisan ayahnya. Dia masih memfavoritkan bus berbasiskan truk buatan Amerika Serikat. Ada Dodge dan Chevrolet.

“Saya ambil busnya dari Jakarta dan dikirim ke sini. Satu bus yang Dodge saya datangkan utuh dari sana, sisanya hanya chassis saja. Saya punya chassis panjang wo, busnya bisa menampung 54 penumpang,” katanya dengan logat yang khas.

Bus kayu dikenal akrab dengan masyarakat di Bangka. Selain PO. Sabang Jaya ada POWNIS (Persatuan Oto-oto Warga Negara Indonesia Sungailiat) ada juga GOBU (Gabungan Oto Belinyu). Beragam julukan untuk bus-bus itu. Di sekitar Pangkalpinang ada yang menyebut bus kayu dengan sebutan POWNIS atau GOBU.

Sementara untuk PO. Sabang Jaya masyarakat Bangka menyebut bus Lie Sung Fuk, mengacu pada nama pemiliknya. Ada juga yang menyebut bus hijau berukuran besar itu dengan julukan bus Sung Fuk, atau ada yang menyederhanakannya jadi bus Simpuk.

Sayangnya bus-bus Hasan harus berhenti beroperasi di awal tahun 2000-an, saat kendaraan pribadi mulai banyak bersliweran di Bangka. Saat berhenti beroperasi, menurut Hasan, busnya masih dalam keadaan siap beroperasi. Tidak ada yang bermasalah secara teknis. Kini bus-bus itu teronggok di garasi belakang rumah. Seluruhnya tersisa 10 unit. Satu unit baru saja terjual Januari lalu, dibeli kolektor mobil kuno dari Bangka.

Nasib bus kayu di Bangka mulai meredup di tahun 2000-an awal. Bus-bus POWNIS dan GOBU dengan jarak dekat seperti Pangkalpinang – Sungailiat atau Pangkalpinang – Belinyu mulai sulit ditemui di tahun 2012.

Beruntung ada PT. Timah (Persero) Tbk yang melestarikan dua unit bus POWNIS untuk wisata keliling kota Pangkalpinang. Jika ada yang ingin mengenang bus kayu Bangka, tinggal mampir Museum Timah Indonesia hari Sabtu-Minggu.

*******

Republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here