Lubang Hitam di Alam Semesta Ternyata “Berbulu”

Lubang Hitam di Alam Semesta Ternyata “Berbulu”

896
0
SHARE

Garut News, ( Jum’at, 18/10 ).

Dari hasil observasi Sagitarius A, lubang hitam di galaksi Bimasakti, ilmuwan memprediksi, lubang hitam punya bentuk bulan sabit. | Kamruddin/Dexter
Dari hasil observasi Sagitarius A, lubang hitam di galaksi Bimasakti, ilmuwan memprediksi, lubang hitam punya bentuk bulan sabit. | Kamruddin/Dexter

Dalam sebuah studi diterbitkan pada Physical Review Letters, lubang hitam di antariksa kemungkinan tidaklah “botak”.

Studi terbaru ini menyatakan, lubang hitam cukup berbulu dengan fitur cukup masai dibanding keyakinan ada selama ini.

Thomas Sotiriou, ahli fisika International School for Advanced Studies of Trieste, katakan, gambaran black hole diterima selama ini, obyek sederhana.

“Bisa dicirikan dengan hanya tiga kuantitas, yaitu massa, momentum kaku, dan muatan listriknya,” kata Sotiriou seperti dilansir Space.com, Rabu (16/10/2013).

Meski muatan listriknya cukup kecil, para pakar kerap melontarkan ini sebagai salah satu ciri lubang hitam.

Teori dikembangkan Sotiriou bertentangan dengan apa disebutkan astronom John Wheeler— membulatkan sebutanblack hole sekitar 50 tahun lalu.

Wheeler pernah menyebutkan, lubang hitam tak punya bulu lantaran kesederhanaannya.

Kini, “bulu” digunakan istilah sehari-hari di antara sesama fisikawan sebagai pengganti bagi perhitungan lain menggambarkan black hole berbeda dibanding lubang hitam tradisional dengan model tiga kuantitas sempat disebutkan di atas.

Studi ini, Sotiriou dan kolega merujuk pada black hole dalam konteks ada pada persamaan teori skalar-tensor gravitasi.

Teori ini sangatlah beda dengan pernah dicetuskan Albert Einstein mengenai relativitas.

Disimpulkan, black hole bisa mengembangkan semacam “bulu” ketika dikelilingi obyek umum.

“Hal ini tak bisa terjadi di gambaran pada umumnya,” kata Sotiriou.

Ditegaskan Sotiriou, keberadaan “bulu” bisa membantu peneliti mengerti lebih dalam struktur dari black hole.

Juga bisa membalikkan paradigma ada, mengingat teori Einstein tak termasuk bidang skalar.

(National Geographic Indonesia)

Editor : Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY