Garut News ( Jum’at, 27/03 – 2015 ).

Konisi lintasan rel kereta api sekitar Stasiun Bumi Waluya Kampung Sukasirna Desa Citeras Malangbong, Garut kian terancam terputus, lantaran pergerakan tanah dan longsor terus terjadi di kawasan tersebut.
Pergerakan tanah dan longsor kian mengancam akibat intensitas curah hujan masih tinggi selama ini. Bahkan retakan tanah mencapai ratusan meter sehingga mengakibatkan sedikitnya tujuh rumah penduduk setempat mengalami retak-retak pada bagian lantai serta dindingnya.
Demikian pula bangunan Stasiun Bumi Waluya.
Maka, petugas dari PT “Kereta Api Indonesia” (KAI) pun bersiaga penuh setiap saat guna mengantisipasi pelbagai kemungkinan buruk terjadi.
Kondisi itu berlangsung sejak 2010 lalu, ternyata hingga kini pergerakan tanah masih terus terjadi. Kudu ada upaya maksimal seluruh pihak menyikapinya.
Bupati juga menyiapkan langkah-langkah dan dalam waktu dekat meninjau lokasi, kata Kepala Pelaksana (BPBD) Dadi Djakaria, Kamis (26/03-2015).
Namun tak detail disebutkan langkah bupati itu apa?
Dikatakan Djakaria, berdasar data Badan Geologi, pada 2013 lalu retakan tanah di atas tebing sekitar Stasiun Bumi Waluya mencapai kedalaman sekitar 20 cm-30 cm, selebar 1 cm-5 cm. Kondisi tanah semakin kritis sebab retakannya terus melebar.
Disinggung mengenai relokasi rumah terancam ambruk, Dadi belum bisa memutuskan karena hal itu masih memerlukan pengkajian.
Hanya, katanya, para penghuni rumah waspada dengan mengosongkan rumah atau mengungsi sementara jika terjadi hujan deras dikhawatirkan bisa memicu pergerakan tanah lebih besar atau longsor.
Namun sebagian dengan kesadaran sendiri pindah menghindari kejadian tak diharapkan.
Kita juga minta warga tetap tenang namun senantiasa meningkatkan kewaspadaan, terutama jika turun hujan, katanya.
Kepada Garut News dia katakan, jajarannya lebih mengutamakan pencegahan, meski selama ini BPBD masih kekurangan jumlah dan kualitas SDM, katanya pula.
********
Noel, Jdh.