Garut News ( Ahad, 15/12)

Tak ada salahnya masyarakat berkreasi, berinovasi mewujudkan beragam bentuk produk kuliner baru, rasa serta tampilan kemasan.
“Namun jangan lupa, tak hati-hati memilih bahan baik, salah bisa racuni konsumen,” kata Asri Dewi Latiefah, nara sumber pelatihan kuliner di aula Kelurahan Sukajaya Garut, Kamis (12/12) lalu.
Pelatihan digagas Unit Pengelola Wisata (UPW) BKM PWK Sukajaya guna meningkatkan SDM pengelola kuliner khas Kampung Panawuan menunjang program PNPM Pariwisata.
“Sukajaya, satu di antara enam desa/kelurahan beranugerah luncuran program pengelolaan Desa Wisata di Garut, langsung dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata Ajang Syaripudin, M.MPd kordinator BKM PWK setempat.
Diikuti tak kurang 30 peserta berasal dari kalangan pengrajin kuliner khas Panawuan bisa dijadikan oleh-oleh wisatawan berkunjung ke Panawuan, katanya.
“Sedangkan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat miskin agar terbantu meningkatkan perekonomian,” kata Dani Ramdani Ketua UPW BKM Sukajaya.
Asri mengingatkan, kini produk makanan rumahan tak lepas dari bahan tambahan berbahaya bagi kesehatan, baik jangka pendek atawa jangka panjang.
“Contohnya rhodamin B masih digunakan bahan tambahan membuat terasi, sehingga berwarna sangat mencolok, ini tak disadari para pengrajin rangginang di daerah ini,” imbuh pengajar di SMK Farmasi Garut tersebut.
Selain itu, kata dia, banyak dijumpai produk makanan basah menggunakan pengawet dari boraks maupun formalin dan turunannya, jelas berbahaya lantaran mengandung racun, biasa digunakan bukan untuk makanan.
Agar makanan awet kudu diawali cara pemasakan, alat digunakan, dan bahan baku sehat serta higyenis, beber ibu dua anak ini.
Kemasan membantu tingkatkan nilai jual produk.
Selain berbahan baku khas lokal daerah, tentunya tak bisa dipungkiri cara pengemasan baikpun bisa berpengaruh terhadap tingginya nilai jual produk kuliner.
Karena itu, pada pelatihan kuliner dihadirkan nara sumber dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Garut, memberi pengarahan cara mengemas apik dan menarik.
Ini sangat dibutuhkan sebab kebanyakan para pengrajin makanan tradisional tak memikirkan kemasan menarik konsumen, sehingga pangsa pasar hanya terhenti pembeli lokal.
“Jangan menganggap mengemas bagus itu sulit,” kata Agus pelatih spesialis mengemas produk.
Kata dia, dengan sedikit berkreasi merubah produk sederhana menjadi unggulan, sehingga menarik calon konsumen pelbagai tingkatan, terpenting bahan kemasan juga kudu sehat, alami tak membahayakan kesehatan pengguna.
Misalnya tak menggunakan kantong keresek hitam mewadahi makanan masih panas, sebab kantong ulang ini berbahan kimia sangat tinggi, menimbulkan reaksi ketika kena suhu panas makanan, langsung bercampur makanan di dalamnya, kata Agus.
“Agar lebih aman gunakan plastic sealer dengan tepat agar makanan dikemas tak terkontaminasi udara luar, sehingga lebih tahan lama dan tetap bersih hingga waktu kadaluarsa ditentukan,” imbuhnya menyerukan.
Ketelitian, dan kerapian mengemas juga turut menentukan kualitas produk, ditambah lebih inovatif, mendongkrak mutu komoditi kuliner daerah, ungkapnya.
***** (SB, JDH)