Garut News.

Pengelola Program “Komisi Penanggulangan AIDS” (KPA) Kabupaten Garut, Guntur Yana Hidayat Bersama seluruh Keluarga Besar KPA kabupaten setempat. Mengucapkan ; Selamat dan Dirgahayu Hari Jadi Ke-203 Garut. (16 Pebruari 1813 – 16 Pebruari 2016).
“Dengan Semangat Hari Jadi Garut Ke-203 Tahun 2016, Kita Tingkatkan Pembangunan Infrastruktur Wilayah dan Kualitas Pelayanan Dasar Menuju Masyarakat Garut yang Sejahtera”
Dirgahayu Hari Jadi Garut, Bermartabat dan Menjadi Kabupaten Unggulan.
Menyambut Hari Jadi Ke-203 Garut 2016. Momentum penting peringatan Ke-2013 Tahun Garut ini. Menjadikan setiap seluruh Keluarga Besar KPA.
Senantiasa konsisten dengan komitmen kuatnya, meretas “asa” juga sekaligus mengaplikasikan kemasan karya nyata Mewujudkan “Garut Bermartabat”
Diam, ibarat air tenang tetapi menghanyutkan, itulah perilaku “lesbian, gay, biseksual, dan transgender” atawa LGBT, bisa menjadi ancaman serius kian mengepung masyarakat Kabupaten Garut selama ini dikenal agamis.

Lantaran eksistensi LGBT di kabupaten itu, terindikasi kuat sangat mengkhawatirkan. Apabila tak secepatnya disikapi, tak mustahil ke depan, kabupaten tersebut meski acap dijuluki kota santri bahkan gudangnya ulama, berpopulasi penduduk sekitar tiga juta jiwa ini, berubah menjadi “samudera” LGBT.
Menyusul berdasar estimasi Kemenkes RI pada 2012, jumlah komunitas gay di Garut mencapai sekitar 12.000, dan waria sekitar 135.
Sedangkan hasil pemetaan KPA pada 2015 diketahui terdapat hotspot atau tempat nongkrong komunitas gay mencapai 109 hotspot, berpopulasi terdata sekitar 3.200.
“Dari komunitas gay, dan waria itu, tercatat ada 25 gay, dan 11 waria positif tertular HIV”
Merebak-maraknya perilaku LGBT di kabupaten ini, nyaris luput dari perhatian beragam kalangan. Apalagi kabupaten itu selama ini disebut-sebut merupakan kota santri dan gudangnya ulama dengan penduduknya dinilai agamis.
Penyebab timbulnya perilaku LGBT pada individu atau masyarakat juga beragam. Antara lain menyangkut pola hidup, pergaulan, kondisi ekonomi, akibat korban kekerasan semasa kecil, dan hormon bawaan sejak lahir. Diperparah terutama didorong ada skenario internasional mendukung eksisnya LGBT seperti melalui pengenalan cara berpacaran, rekruitmen pekerja, dan investasi.
Sehingga, LGBT tak hanya dapat mengancam kehidupan pribadi dan sosial melainkan juga kehidupan bernegara dan berbangsa. LGBT bukan sekadar isu lokal melainkan internasional dengan ragam kepentingan. Masalah LGBT tak bisa ditangani satu pihak melainkan menjadi tugas semua orang dengan pemerintah.
“Permasalahan LGBT tak bisa hanya ditanggulangi KPA, tetapi membutuhkan banyak mitra menyosialisasikannya. Dengan pelbagai fasilitas serba canggih seperti jaman sekarang, jika LGBT dibiarkan maka suatu saat, Garut menjadi lautan LGBT”
********