“Masih Berharap Direlokasi Pemerintah”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 10/10 – 2017 ).

Agus Rahmat (41) bersama istri dan seorang anak balitanya, meski bisa menyelamatkan diri saat banjir bandang puncak amuk Sungai Cimanuk menerjang bahkan memporak-porandakan rumah beserta seluruh isinya, Rabu malam 20 September 2016 silam.
Namun mereka yang merupakan salah satu dari sekitar 787 kepala keluarga (kk) setara 2.525 jiwa, serta 2.529 rumah rusak korban terdampak tragedi tersebut, hingga kini lebih satu tahun setelah terjadinya bencana itu. Semakin terjerat utang – piutang mencapai sekitar Rp31,730 juta.
“Beban utang sebesar ini, selain digunakan memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari, juga diperuntukan biaya kontrakan rumah, serta membangun kembali rumahnya yang nyaris rata dengan tanah,” ungkap Agus Rahmat kepada Garut News, Selasa (10/10-2017).

Lantaran yang tersisa hanya pakaian terpakai di badan, kemudian langsung mengungsi ke rumah mertua di Bojongloa Bayongbong, dilanjutkan selama enam bulan terakhir terpaksa mengontrak rumah dengan biaya Rp3 juta, yang hingga kini masih menunggak Rp850 ribu.
Dikemukakan Agus Rahmat, diri beserta keluarganya tak menempati lokasi pengungsian pada seluruh “hunian sementara” (Huntara), sebab meski ditawari oleh Camat Tarogong Kidul. Namun setiap seluruh Huntara pengungsi telah berkondisi penuh.

Sehingga daripada terus-menerus mengontrak rumah, terpaksa membangun kembali rumahnya yang porak-poranda di lokasi rawan bencana, Kampung Cimacan RT. 04/10 dengan uang pinjaman dari perbankan beragunan sertivikat tanah.
Maka dari total utang-piutang mencapai sekitar Rp31,730 juta tersebut, kini setiap bulannya minimal berkewajiban membayar angsuran Rp1,3 juta hingga selama dua tahun mendatang.

Sedangkan penghasilan selama ini hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, dengan jenis pekerjaan sebagai pencari pasir di Sungai Cimanuk, serta istrinya menjadi buruh pembungkus kerupuk.
Dikatakan pula, enam bulan pertama pascabencana usahanya sama sekali tak lancar bahkan sempat beku, dengan nilai kerugian material akibat tergerus banjir mencapai Rp75 juta lebih.
Karena itu, sampai sekarang masih berharap bisa segera direlokasi, atau mendapatkan bantuan berbentuk materi, agar bisa terbebas dari jerat utang-piutang, ungkap Agus Rahmat dengan nada lirih serta berpengharapan.
*********