Garut News ( Ahad, 08/04 – 2018 ).

Gerusan banjir kembali merendam kompleks ‘Pesantren Persatuan Islam’ (Persis) 99 Rancabango di Desa Rancabango Tarogong Kaler Garut, Jawa Barat, Sabtu (07/04-2018) malam, lantaran dipicu hujan deras mengguyur sejak petang harinya.
Sangat derasnya instensitas aliran Sungai Ciojar bertemu aliran Sungai Cigunung di belakang komplek pesantren tersebut, ternyata tak mampu menampung berlimpahnya debit air dari arah hulu.
Sehingga luapan air pembawa lumpur pekat pun semakin menggenangi lingkungan kompleks pesantren ini, termasuk sejumlah permukiman penduduk sekitarnya.

Sedangkan ketinggian air merendam kompleks pesantren bervariasi, mulai setinggi mata kaki hingga satu meter. Termasuk tujuh rumah para ustadz terendam banjir berketinggian sekitar satu meter. Mengakibatkan sejumlah alat rumah tangga di dalamnya rusak.
Meski tak separah peristiwa tahun sebelumnya, banjir itu memaksa pihak pesantren menghentikan aktivitas belajar mengajarnya sebab luapan berlumpur tebal memenuhi ruang kelas, rumah ustadz, kantor, dan lainnya.
Luapan sungai Ciojar, dan Cigunung tersebut juga menyulap jalan Rancabango seakan menjadi sungai berarus deras menjadikan banyak pengendara tak berani melintas. Pada sejumlah titik, pemandangan tersebut menjadi tontonan warga.
Banjir luapan sungai Ciojar bahkan menggenangi kawasan pertigaan Jalan Raya Otista. Sehingga mengganggu arus lalu lintas kendaraan di jalur menghubungkan Garut-Bandung.
Mengendalikan situasi, pihak Dinas Pemadam Kebakaran kabupaten setempat pun menerjunkan satu unit kendaraan penyedot merendam komplek Pesantren.
Banyak kalangan berpendapat, banjir itu tak hanya lantaran tingginya curah hujan melainkan lebih akibat parahnya kerusakan lingkungan, terutama di kawasan hulu sungai Ciojar, dan Cigunung pada kaki Gunungapi Guntur merupakan daerah resapan air.
“Sebelumnya, sejak pesantren ini berdiri pada 1988 hingga 2016, tak pernah dilanda banjir. Tetapi sejak 2017 lalu, dan tahun ini, banjir menerjang pesantren. Jadi, sudah dua kali terjadi dalam kurun dua tahun terakhir,” ungkap keluarga Pesantren, Rifki Aulia.
Ketua DPD Laskar Indonesia Kabupaten Garut Dudi Supriyadi menduga banjir merendam Pesantren Persis 99 Rancabango, dan sekitarnya terindikasi akibat daya tampung sungai Cigunung, Ciojar, Cikendi, dan Cimuncang terdapat di kawasan itu tak bisa menampung air sebab hulu sungai-sungai ini merupakan daerah resapan air beralih fungsi, serta pemanfaatan ruang tak sesuai dengan tata ruang.
Alih fungsi lahan terjadi mulai daerah tangkapan air seperti di kawasan kaki Gunungapi Guntur hingga kawasan di bawahnya, semula areal pertanian ke nonpertanian. Kebanyakan alihfungsi lahan menjadi permukiman, atau perumahan.
Banyak aktivitas pembangunan juga tak menghiraukan tata bangunan seharusnya atau tak berbasiskan kebutuhan lingkungan yang ada. Sehingga kemampuan menampung debit air berkurang karena banyak aliran sungai atau saluran pembuangan air di arah hilir mengalami penyempitan dan pendangkalan parah.
Padahal, kata dia, menurut Perda Garut Nomor 29/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut 2011-2031, Tarogong Taler termasuk wilayah srategis, kawasan lindung, kawasan wisata lindung, dan wilayah resapan air bagi daerah di bawahnya. Juga daerah bencana alam gunungapi, katanya.
“Kalau kondisi lingkungan di daerah Tarogong Kaler ini tak diperhatikan pemerintah maupun masyarakat, dipastikan bencana serupa bisa terus – menerus terjadi di waktu yang akan datang,” ujarnya, mengingatkan.
Dalam pada itu, banjir bandang terjadi Senin (05/07-2017) silam/tahun lalut, juga dipicu hujan deras berintensitas tinggi sejak bersamaan berlangsung shalat tarawih.
**********
NZ/Fotografer : John Doddy Hidayat.