
“Miliki Tiga Rumah Adat”
Garutnews ( Rabu, 28/09 – 2022 ).
Kabuyutan Ciburuy. Situs peninggalan jaman Prabu Siliwangi kemudian dilanjutkan anaknya Prabu Kiyan Santang, yang dulunya merupakan tempat khusus bagi orang-orang berilmu tinggi.
Berlokasi di Kampung Ciburuy Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut, memiliki tiga buah rumah adat terdiri bumi padaleman (tempat menyimpan benda-benda naskah kuno, daun lontar, dan nipah).
Bumi patamon (tempat penyimpanan benda tajam seperti keris, kujang trisula, dan alat kesenian goong renteng), serta lumbung padi atau ‘leuit’, (tempat menyimpan padi).

Alat kesenian goong renteng ditemukan di daerah ini, merupakan cikal bakal kesenian degung sekarang ini.
Kabuyutan Ciburuy seluas satu hektare lebih, berpanorama menawan dengan suasana damai, dan berudara yang sejuk, antara lain dikelilingi kebun bambu.
Setiap Rabu, dan Ahad ketiga pada Muharam sekitar pukul 19.30 WIB, selalu diadakan upacara ‘seba’, upacara syukuran kepada orang-orang berkedudukan tinggi ilmu, dan wawasannya disertai penyerahan sesuatu yang baik.

Syukuran tersebut dihajatkan kepada Prabu Siliwangi, dan Prabu Kian Santang sebagai tokoh atau pemuka masyarakat jaman dulu yang berilmu, berwawasan, dan berkesaktian tinggi.
Kabuyutan atau Mandala adalah sebuah tempat khusus yang diistimewakan diperuntukan kegiatan keagamaan, dan intelektual.
Dahulu kala kabuyutan ini sebagai pusat kekuatan raja, dan kerajaannya. Sehingga merupakan tempat pertama diserang jika ada penyerangan/peperangan antar kerajaan.

Juga terletak di kaki Gunung Cikuray dilintasi tiga sungai kecil, sebelah timur Sungai Cisaat, sebelah utara Baranangsiang, dan wahangan Ciburuy di sebelah barat.
Gunung Cikuray pun, dahulunya biasa disebut Srimanganti yang berkaitan dengan peristiwa ditemukannya naskah lontar Sunda Kuna di sekitar daerah itu oleh Raden Saleh pada 1856.
Kemudian diserahkan pada Bataviaasche Genootschap (sekarang Museum Nasional Jakarta). Naskah lontar terdapat pada kropak no. 410 dan diberi tulisan : Carita Pakuan naskah Raden Saleh, Pantun Sunda pada daun lontar, penulisannya Kai Raga, cucu pertapa di Gunung Cikuray (CM. Pleyte, TBG. 1914, halaman 371).

Kabuyutan Ciburuy di Kampung Ciburuy Pasir RT 01/05 Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Garut. Pamalayan, salahsatu desa dari 17 desa/kelurahan di Bayongbong.
Di Utara berbatasan langsung dengan Gunung Cikuray, di Barat dan Timur berturut-turut berbatasan dengan Desa Cintanagara Kecamatan Cigedug, dan Desa Cinisti Kecamatan Bayongbong. Serta selatan berbatasan dengan Desa Ciburuy Kecamatan Bayongbong.
Desa Pamalayan berluas wilayah mencapai 296, 143 hektare, sekitar 17 KM dari pusat Kota Kabupaten Garut, masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai petani, dan buruh tani /peternak.

Ada juga imah lisung (bangunan untuk menumbuk padi), selain leuit (bangunan untuk menyimpan padi). Naskah-naskah Sunda di Padaleman tersimpan dalam tiga buah peti besar berwarna merah, dan hitam.
Peti-peti ini, disimpan di ruangan kedua pada bangunan Padaleman. Pada ruangan sekitar 9 m2 peti-peti ini ditempatkan di pojok kiri atas pada ketinggian sekitar 1,5 meter dari lantai bangunan, berada di pojok kiri atas.

Naskah-naskah berupa lempiran-lempiran daun lontar dan nipah disimpan dalam kotak-kotak kecil disebut koropak. Di dalam peti, koropak-koropak naskah itu satu-persatu dibungkus dengan kain kafan berukuran 1 m2.
Koropak-koropak menyimpan naskah ada yang terbuat dari kayu dipahat sedemikian rupa membentuk kotak kecil yang pada bagian dalamnya memuat untuk naskah, dihiasi ukiran pada bagian muka atas koropaknya.

Kemudian ada juga koropak terbuat dari triplek (kayu tipis berlapis), dihiasi ukiran, dan bentuknyapun sangat sederhana.


*******
Pelbagai Sumber/Fotografer : Abah John.