
“Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS.”
Garutnews ( Jum’at, 16/12 – 2022 ).
Memeringati ‘Hari AIDS Sedunia’ (HAS) 2022 juga bukti keberpihakan, dukungan, dan kolaborasi pentahelik. Maka Kemensos melalui Direktorat ‘Rehabilitasi Sosial Anak’ (RSA) memberi bantuan kebutuhan 16 ‘Anak Dengan HIV AIDS’ (ADHA).
Diselenggarakan bekerjasama ‘Lembaga Kesejahteraan Sosial’ (LKS) PKBI Garut, ‘Kelompok Dukungan Sebaya’ (KDS), ‘Garut Family Care’ (GFC) serta ‘Perhimpunan Perempuan Penyuluh Sebaya’ (P3S) dengan Program ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) Kemensos, memberikan Bantuan Kebutuhan 16 Anak dengan HIV AIDS (ADHA).
Program Manager Respond/Direktur Eksekutif PKBI Cabang Garut, Ir Denden Supresiana kepada Garutnews, Jum’at (16/12-2022), katakan total bantuan mencapai Rp51,726 juta, diberikan berdasar assessment kebutuhan bervariasi, mulai bernilai Rp2,4 juta hingga Rp 3,8 juta setiap ADHA.

Dikemukakan, saban 1 Desember sebagai moment refleksi, kilas balik, evaluasi, dan memproduk rencana aksi nyata untuk esok lebih baik lagi, tak hanya sekedar selebrasi atau bahkan hura-hura.
Lantara, HAS yang diperingati setiap 1 Desember setiap tahun tersebut, bertujuan menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia disebabkan penyebaran virus HIV.
Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai program -program pencegahan AIDS pada 1988. Sejak saat itu mulailah diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional serta yayasan amal seluruh dunia.

Sedangkan sejarah AIDS, disebabkan infeksi virus HIV. Sebenarnya dikenal publik sejak 1981. Ketika itu, meski asal-usul HIV terletak di Afrika. Amerika Serikatlah pertama kali menyadarkan publik, ada virus baru menyerang sistem kekebalan tubuh dengan penyebaran sangat cepat. Namun peringatan HAS, baru dikampanyekan mulai pada 1988.
Ide ini pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn, dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global pada Organisasi Kesehatan Sedunia di Jenewa, Swiss.
Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr Jonathan Mann, Direktur Program AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi peringatan pertama HAS diselenggarakan 1 Desember 1988. Semenjak itulah, 1 Desember dikampanyekan sebagai HAS.

Dalam pada itu, Pesan Kunci HAS 2022 : Masifkan promosi pencegahan, dan pengendalian HIV AIDS. Memanfaatkan media digital dan teknologi terbarukan.
- Perluasan akses pencegahan, tes, dan pengobatan untuk semua.
- Capai U = U untuk menurunkan infeksi baru HIV: Pemeriksaan VL untuk
semua dan minimalkan lost to follow up.Upaya Mewujudkan ‘Empati, Setara, Kolaborasi, Sinergitas, dan Partisipasi’.
Pada setiap helatan HAS, ruh gerakan nya pun selalu mengerucut pada satu catatan penting yakni ‘Empati, Setara, Kolaborasi, Sinergitas, dan Partisipasi’.
Satu lagi catatan penting, HAS juga sebagai momentum “The Reminder”. Pengingat terkait Strategi nasional yang disuarakan lantang pada 2016, “Mengakhiri Aids pada 2030, Pencapaian Three Zero”.
strategi ini digadang-gadang pula bakal sukses dengan melakukan pendekatan Konsep ‘Fast Track 95 95 95 dan Triple Plus Elimination’, Berdasar road map, berjenjang harus tercapai pada 2020, 2022 dan 2027,…

HAS juga pengingat, di penghujung 2022 ini, pelaksanaan dua konsep tersebut sudah sampai manakah kita?
Pada 2022 ini, Empati, Setara, Kolaborasi, Partisipasi, Sinergitas dan Solidaritas sudah sampai manakah kita?,…
Kemudian 2022 ini sudah semakin tepat kah arah dan langkah kita?, sementara fakta menunjukan, 95% pertama terkait estimasi ODHIV harus tahu status nya pada 2020, gagal dicapai, bahkan di penghujung tahun 2022 ini, angka statistiknya baru mencapai 60-70% an.

Ketersedian ARV masih bermasalah, sebab validitas angka ODHIV masih simpang siur, ketersedian logistik pencegahan pun terus Stock out, serta masih minim nya alat deteksi Viral Load,…
Penghujung 2022 ini pun, perangkat perangkat pendukung untuk mensukseskan strategi renstranas itu, di beberapa daerah belum dimiliki seperti masih banyak daerah belum memiliki Legalitas formal (Perda, Perbup/perwal), belum memiliki Rencana Aksi Daerah.
Belum dijadikannya Ansit HIV sebagai alat monitoring dan evaluasi, lost intervensi di beberapa populasi kunci, pelibatan ODHIV sebagai pemegang mandat program belum maksimal (GIPA), dan sebagainya.

Selanjutnya juga terkait masalah, dan tantangan lain dalam penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia cukup besar. antara lain upaya pencegahan belum optimal, retensi pengobatan ARV rendah, masih dirasakannya ketidaksetaraan dalam layanan HIV khususnya pada perempuan, anak, dan remaja, serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi.
Sehingga diperlukan dukungan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan
ini,baik oleh pemerintah Pusat dan daerah, akademisi/praktisi, masyarakat, swasta, dan media, atau dengan istilah sekarang ‘KOLABORASI PENTAHELIK’.

Dari semua catatan diatas, marilah duduk bersama atas dasar kesetaraan, keberpihakan untuk sama sama kembali merefleksi, mengevaluasi, menginventarisasi segala permasalahan yang ada, memetakan alternatif solutif.
Agar rencana strategi nasional secara logis bisa diwujudkan bahkan jika memungkinkan, kita harus melakukan kerja kolaboratif untuk akselerasi capaian tujuan kita itu, Tak ada lagi infeksi baru, Tak ada lagi Kematian sia-sia akibat AIDS serta tak ada lagi ‘Stigma dan Diskriminasi’.

Selamat melaksanakan HAS 2022, selamat beraktivitas dalam memeringati HAS di daerah masing masing.
Semangatttt. Salam Rampak polah, Salam Kolaborasi, Salam sehat selalu.
******
Editor : Abah John/Foto : Istimewa.