
Sabtu 23 Apr 2022 06:47 WIB
Red: Agung Sasongko

“Ramadhan menjadi momentum untuk itikaf”
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno
Selain puasa, bagi kaum Muslimin, Ramadhan menjadi momentum untuk itikaf. Ibadah ini mengharuskan seorang Muslim berdiam diri dalam masjid selang beberapa waktu lamanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rasulullah SAW bersungguh-sungguh pada al-asyrul awakhir(sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan) dengan melakukan itikaf di masjid.
Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW ketika memasuki sepuluh Ramadhan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah. (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain, dari Aisyah RA, ia berkata bahwasanya Nabi SAW biasa beritikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat.(HR Bukhari dan Muslim).
Yusuf Qardhawi dalam bukunya, Fiqih Shiyam, menyebutkan dua alasan utama mengapa Rasulullah SAW bersungguh- sungguh dalam meraih al-asyrul awakhir. Yaitu, al-asyrul awakhir merupakan akhir bulan penuh berkah karena pada setiap amal perbuatan dilihat pada akhirnya; dan al-asyrul awakhir merupakan rentang turunnya malam Lailatul Qadar.
Rasulullah SAW bersabda, Carilah Lailatul Qadar pada al- syrul awakhir pada bulan Ramadhan. (Muttafaq alaih). Dalam hadis yang lain, Carilah Lailatul Qadar dalam malam ganjil dari sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan. (HR Bukhari).
Di antara amalan yang dilakukan selama itikaf, pertama, qiyamullail. Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni untuknya segala dosanya yang telah berlalu. (HR Bukhari).
Kedua, membaca Alquran. Nabi SAW bersabda, Bacalah oleh kalian Alquran karena sesungguhnya Alquran akan datang menghampiri kalian pada hari kiamat sebagai syafaat. (HR Muslim).
Ketiga, banyak berzikir. Allah SWT berfirman, Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu; bersyu kurlah kepada-Ku, dan jangan lah kamu mengingkari nikmat-Ku. (QS al-Baqarah [2]: 152).
Keempat, membaca shalawat. Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh. (HR Muslim).
Kelima, banyak berdoa. Aisyah RA ketika bertanya tentang doa yang diucapkan ketika Lailatul Qadar, Berdoalah, Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu’anni(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku). (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Keenam, bertobat dan istighfar. Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat menunaikan iktikaf pada sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadhan dan meraih Lailatul Qadar. Amin.
“Keutamaan dan Keistimewaan Shalat Tarawih”
Sabtu 23 Apr 2022 12:14 WIB
Tarawih merupakan pengabdian, ketundukan, dan kepatuhan hamba kepada Allah SWT. Masjid di bulan Ramadhan menghadirkan pemandangan yang menyentuh hati.
Umat Islam tampak berlomba-lomba menda tangi masjid saban panggilan shalat lima waktu datang. Tidak cuma ibadah wajib saja, Muslim juga tampak semangat menjalankan ibadah sunah. Salah satunya shalat Tarawih berjamaah.
Apa saja rahasia di balik shalat Tarawih? “Ramadhan bulan penuh pahala. Orang yang shalat Tarawih otomatis mendapat pahala berlipat ganda,” kata KH Ma’ruf Amin.
Shalat Tarawih mengandung makna filosofis. Shalat Tarawih merupakan bentuk pengabdian, ketundukan, dan kepatuhan hamba ke pada Sang Pencipta, Allah SWT.
Apalagi, ibadah ini hanya disediakan Allah pada bulan Ramadhan. “Ganjaran pahala ibadah sunah di bulan Ramadhan setara dengan ibadah wajib,” ujar Kiai Ma’ruf.
Tidak cuma soal pahala, shalat Tarawih juga mengandung manfaat sosial. Shalat Tarawih menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk memperat tali silaturahim. Sebab, Muslim bisa saling bertemu muka di dalam masjid.
Manfaat lain dari shalat Tarawih adalah kesehatan. Jumlah rakaat shalat Tarawih yang terdiri dari 11 rakaat dan 23 rakaat bisa membuat umat lebih sehat. Sebab, sesungguhnya gerakan shalat tidak kalah hebat dengan olahraga.
Shalat Tarawih tidak perlu terlalu cepat. Sebab, gerakan-gerakan shalat harus diikuti dengan tuma’ninah. Bacaan shalat juga harus dilafazkan dengan tartil, tidak boleh terburu-buru.
KH Athian Ali mengajurkan umat Islam tidak meninggalkan shalat Tarawih selama bulan Ramadhan. Sebab, hukum shalat Tarawih adalah sunah muakad.
Shalat Tarawih berjamaah di masjid lebih utama ketimbang sendiri. Sebab, hal itu sama saja dengan memakmurkan masjid. Selain itu, shalat berjamaah di masjid juga bisa merekatkan silaturahim sesama Muslim.
Kiai Athian mengatakan, perbedaan rakaat shalat Tarawih tidak perlu diper soalkan. Dia menyatakan shalat Tarawih 11 rakaat maupun 23 rakaat sama-sama memiliki dalil.
Bahkan, Imam Malik membolehkan ibadah shalat Tarawih dilakukan 43 rakaat. “Persoalan tersebut tidak perlu dibesarbesarkan. Setiap pendapat memiliki dasar hukum dan keyakinan masing-masing,” ujarnya.
Kiai Athian mengajurkan Muslim tidak melewatkan ibadah shalat Tarawih di malam hari. Hal ini agar Muslim tidak melewatkan malam Lailatul Qadar (malam seribu bulan).
******
Republika.co.id/Ilustrasi Fotografer : Abah John.