Garut News ( Senin, 30/12 ).

Islam, agama mengajarkan jalan damai dalam berjuang memertahankan keyakinan syari’at, terorisme bukan jalan baik memertahankan keyakinan itu.
“Aisyiyah, organisasi otonom khusus, mengadakan pelatihan ini agar lebih meningkatkan kualitas, dan kuantitas para mubalighoh di lingkungan keluarga besar ‘Aisyiyah Garut,” ungkap Ai Rustini, S. Ag Ketua Umum Panitia Pelatihan Mubalighot Aisyiyah Tingkat Daerah Kabupaten setempat, Sabtu 28/12 .
Ini dikemukakan, lantaran disinyalir banyak kader ‘Aisyiyah Garut mulai meninggalkan perjuangan dakwah Islamnya, baik di Cabang maupun di ranting.
Karena itu, pelatihan ini diharapkan bisa menambah keterampilan mubalighot ‘Aisyiyah, terutama pada upaya menambah cabang, dan ranting baru, imbuhnya menyerukan.
“Pengajian tetap menjadi prioritas utama ‘Aisyiyah wujudkan perjuangan dalam Islam, lembaga dakwah ‘Aisyiyah membendung pluralis dan moderat”, tandas Dra Hj Yati Rosyati D pada Pelatihan di Pesantren Darul Arqam Cimaragas Garut tersebut.
Kata dia, Islam tak menginginkan sama sekali kekerasan dalam beragama, suatu saat terberantas juga jika kita tetap teguh memertahankan perdamaian menyebarkan syiar Islam.

Sebab, melalui perdamaian bisa menciptakan keagamaan toleran, lantaran kehidupan damai syarat mutlak meraih kemajuan, tambah Ketua Umum Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Garut itu.
“Pelatihan ini, berarti meningkatkan dari semula ilmunya sedikit menjadi banyak dan lebih baik, bukan menurun, dari bisa menjadi lebih bisa, lebih mampu menyampaikan dakwahnya”, kata Drs H. Haetami, Ketua Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Garut.
Amar ma’ruf nahi munkar ada pada diri kita sendiri, tak mungkin melaksanakan dakwah tanpa memiliki kompetensi dalam berdakwah, tandasnya.
“Muhammadiyah tak hanya membentuk kader untuk ummah, dan organisasi tetapi juga untuk bangsa, dan Negara ini”, katanya pula.
Sedangkan pada materi utama bertema “Ideologi Muhammadiyah”, KH Halim Basyarah SH, MH Ketua Majlis Tabligh PDM Garut, katakan banyak tokoh di negara ini mengaku berasal dari keluarga Muhammadiyah.
“Gusdur mengaku dibesarkan di Kauman (tempat kelahiran Muhammadiyah -red), bahkan Megawatipun ayah dan ibunya orang Muhammadiyah ”, bebernya.
Drs H. Aban Sobandi sajikan materi bertemakan “Profil Mubalighoh” menyontohkan Nabi Muhammad selalu dipuji sebab terbaik, tersohor, tersukses, dan termasuk ranking pertama terbaik dari seluruh umat manusia.
Bahkan diakui umat non Muslim, sangat menyukai dan meyakini Muhammad bukan orang suka bohong, maka beberapa orang Yahudi masuk Islam sebelum Nabi berceramah, lanjutnya.
Sehingga penyebaran agama Islam sangat cepat hanya 23 tahun mencapai hampir seluruh penjuru alam, sedangkan agama Budha mencapai 1.000 tahun itu pun dibantu raja dari India, dan Kristen lebih 30 tahun, ungkapnya.
“Tak hanya para Da’i mampu berdakwah, setiap Muslim memiliki jiwa Mubaligh, maka jangan sampai mustami kebingungan jika tak ada mubaligh, apalagi pengajian batal gara-gara tak ada mubaligh”, imbuhnya.
Padahal seorang pedagangpun bisa menjadi mubaligh, seperti pendahulu Muhammadiyah berprofesi pedagang.
Dikemukakan, seorang Mubaligh mesti memiliki sifat Iffah– menjaga kebersihan bathin/jiwa, Muru’ah- menjaga kebersihan dan kerapihan, menjaga penampilan secara Islami, menjaga keIslaman dalam segala hal, serta Kona’ah, menjaga kebersihan hati.
Jika ulama mulai berkurang kadar imannya apalagi umatnya, maka mubaligh bisa menjadi dokter bagi umat jika memiliki tiga sifat baik tersebut, ungkap Aban Sobandi dosen STAIDA Garut.
***** SB, JDH.