Esay/Foto : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Ahad, 25/01 – 2015 ).

Menjelang memasuki usia ke-202 tahun (16 Pebruari 1813 – 16 Pebruari 2015) Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih dibelenggu beragam permasalahan berwajah banyak.
Sebagian penduduknya berprofesi petani, selain umumnya hanya bisa menamatkan Sekolah Dasar atawa SD.
Juga ironis, hingga kini masih banyak berstatus sebagai penerima manfaat “beras masyarakat miskin” (Raskin).

Padahal kerap dikumandangkan produksi beras di Garut acap mengalami surplus.
Namun kondisi riel perekonomian masyarakatnya, tak berbanding lurus dengan beragam potensi sumber daya alam dimiliki daerah tersebut.
Diperparah pula, sangat banyaknya penduduk setempat, yang hanya bisa menempati rumah berkondisi tak layak huni.

Rezim pemerintahan yang berkuasa boleh berganti, beragam regulasi juga silih berganti, tetapi tak serta merta bisa meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakatnya.
Meski kudu diakuai, dari tahun ke tahun memang ada peningkatan kesejahteraan, tetapi intensitas perkembangannya terbilang lambat.
Sehingga bisa diibaratkan sama dengan kecepatan siput bergerak.

Malahan semrawutnya jantung kota Garut, akrab disebut Pengkolan, kendati hanya berlintasan sepanjang 600 meter, namun walaupun beberapa kali bupati berganti.
Ternyata, masih tak jua bisa tuntas ditata serta ditertibkan.
********