Esay/Foto : John Doddy Hidayat
Garut News ( Ahad, 16/02 – 2014 ).
Pada rentang waktu sepanjang itu, kabupaten ini dipimpin 25 bupati, sejak R.A.A Adi Widjaya (1813-1831) hingga kini dipimpin pasangan bupati bersama wakilnya, Rudy Gunawan-Helmi Budiman (2014-2019).
Kabupaten ini, terbaring bisu pada hamparan bertofografi variatif seluas 3.065,19 km2 atawa 306.519 hektare.
Dari sekitar 421 desa, 20 desa di antaranya berada pada bentangan desa pesisir.
Sedangkan lima desa berada pada lembah “Daerah Aliran Sungai” (DAS), 207 desa pada lereng atawa punggung bukit, dan sekitar 210 desa berada di dataran.
Kabupaten beriklim trofis basah tersebut, memiliki 42 wilayah kecamatan, 21 kelurahan, dan 421 desa.
Penduduk pada 2012 sekitar 2.485.732 berkepadatan 811 jiwa per km2.
Antara lain dikelola sekitar 19.484 PNS, dengan indikator pelayanan publiknya delapan PNS per 1.000 penduduk.
Pada 2012 juga terdapat 628.736 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga empat jiwa.
Kepala “Badan Perencanaan Pembangunan Daerah” (Bappeda) Kabupaten Garut, Ir H. Widiyana, CES mengemukakan, terdapat 32 isu strategis “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah” (RPJMD) 2014-2019.
Terdiri pelayanan publik yang profesional, dan amanah; Tata kelola pendidikan berkualitas, dan terjangkau; Pelayanan kesehatan yang prima; juga Kehidupan masyarakat yang agamis, katanya.
Disusul, Penanggulangan bencana alam; Pengelolaan keuangan daerah; Penanganan dan pengelolaan asset perusahaan daerah; Aspirasi masyarakat terhadap wilayah otonomi baru, kata Widiyana.
“Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia” (MP3EI); Pengurangan pengangguran, dan perluasan kesempatan berusaha.
Dikemukakan, isu straregis lainnya Pengurangan penduduk miskin di perkotaan, dan pedesaan; “Masterplan Percepatan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia” (MP3KI);
Sedangkan peluang pasar global (diberlakukannya “Masyarakat Ekonomi Asean”/MEA pada 2015); juga Peningkatan realisasi investasi daerah (PMA, dan PMDN).
Lanjut dikatakan, Pengembangan “Badan Usaha Milik Daerah” (BUMD); Peningkatan alih fungsi lahan, dari pertanian pada non pertanian; Peningkatan pendidikan politik masyarakat;
Peningkatan rasa persatuan, dan kesatuan bangsa; Penegakkan terhadap gangguan Ipoleksosbud, peningkatan rasa nasionalisme, dan patriotisme kebangsaan; serta Peningkatan partisipasi masyarakat terhadap keamanan, kenyamanan, dan ketertiban masyarakat.
Demikian Widiyana.
Kabupaten Garut, Jawa Barat, juga memiliki bentangan pesisir pantai sejauh 83 km lebih.
Berhadapan langsung dengan lepas pantai Samudera Hindia, dilintasi alur pelayaran internasional.
Kukang Jawa, satwa kecil hidup di malam hari, hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa.
Tetapi, banyak Kukang berdomisili di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
“Little Fireface Project” (LFP), atawa Proyek Muka Geni dimulai sejak 2011 di Cipaganti, Cisurupan, Garut.
Lantaran di sinilah kukang tinggal di kebun petani, ironisnya hanya beberapa ekor Kukang Jawa kini tersisa.
LFP berobsesi membantu penduduk desa, agar memahami mengapa Kukang disebut penjaga hutan, dan masyarakat bisa berperan serta menjaga mereka.
Kukang Jawa mengonsumsi banyak aneka ragam makanan, mereka makan getah dari pohon jengjen.
Mereka minum sari madu dari Bunga Kaliandra, mereka juga membantu penyerbukan.
Sedangkan peran paling penting dari Kukang bagi petani di Kabupaten Garut, mereka memakan hama-hama pertanian, satu ekor Kukang bisa makan lebih dari 100 hama bagi tanaman petani setiap malam.
Pernahkan anda melihat Kukang memakai kalung?
Itu “kalung pelacak”, dan Tim LFP menggunakannya beserta antena untuk menemukan setiap satwa, LFP menulis segala sesuatu mereka lakukan.
Setiap satwa Kukang memiliki nama, di antaranya dinamai “Lucu”.
Kukang bisa hidup hingga berusia 25 tahun, sehingga sangat penting Tim LFP mengikuti mereka untuk waktu lama, sehingga dapat memelajari seluruh sisi kehidupan Kukang.
“Lampu Merah”
Penduduk desa mungkin melihat Tim LFP berjalan melintasi desa, dan hutan menggunakan lampu merah.
Kukang Jawa, satwa pemalu dan takut dengan cahaya putih.
Maka dengan lampu merah, bisa mengetahui tentang kehidupan mereka.
Misalnya Kukang Hidup di dalam keluarga kecil, dengan ibu, ayah, dan anak serta saudara-saudara mereka.
Keluarga-keluarga Kukang saling menyayangi, dan peduli satu dengan lainnya.
Sama halnya Kukang membantu petani, sehingga petani pun selayaknya membantu Kukang, dan satwa lainnya.
Menjadi penjaga Kukang : menanam pelbagai jenis pohon, menjaga pohon ditanam tetap berhubungan satu sama lainnya (koneksi).
Tak menebang bambu secara berlebihan, lantaran satwa ini kerap tertidur di antara bambu-bambu ini.
Menangkap Kukang untuk dijual bisa dikenakan denda dan ancaman penjara, ayo lindungi bambu, pohon kaliandra, dan pojon jengjen.
Sejauh ini, Tim LFP bersama-sama penduduk di Cipaganti juga bersama mereka lebih dari sepuluh negara lain.
LFP menyambut orang-orang di Kabupaten Garut bergabung, pada program konservasi alam di sekolah, pertandingan sepakbola, acara diadakan di Desa Cipaganti, dan Klub alam untuk anak-anak.
Silahkan singgah ke Rumah Hijau.
Bahkan melebihi kapasitas.
Namun kehidupan kudu terus berjalan, kendati bisa mengundang bahaya berlalulintas.
Kendaraan becak bermotor, atawa dimodivikasi dengan sepeda motor jenis bebek ini, kian menjamur di manapun termasuk di Kota Garut.
Lantaran kehidupan kudu terus berlangsung, tak mengenal dimensi waktu, dan ruang.
****
Penulis Perintis Pendirian “Lembaga Kantor Berita Nasional” (LKBN) ANTARA Manokwari, Papua Barat.