“Dirikan Sekolah Pribumi”
Garutnews ( Rabu, 14/09 – 2022 ).
Potensi Hamparan perkebunan teh seluas sekitar 5.039 hektare di Cisaruni Cikajang Garut, Jawa Barat, mengingatkan pada sosok Karel Frederik (KF) Holle (1829-1896). Dia lah, yang mewarisi perkebunan teh di Cisaruni, Cikajang, dan Garut.
Dari Cisaruni tersebut, mengalir produktivitas teh hitam yang menjadi komoditi ekspor non migas bernilai ekonomi tinggi, dengan negara tujuan antara lain Jerman serta Malaysia.
Setiap pekannya sekitar 12 ton komoditi tersebut, diekspor melalui Kantor Pemasaran Bersama di Jakarta, namun masih belum diketahui volume dan nilai ekspor mata dagangan itu setiap tahunnya.
Meski demikian hamparan perkebunan sejuk di antara Gunung Cikuray dan Gunungapi Papandayan ini, bisa terwujud lantaran kehadiran Holle yang datang sejak kapal Sara Johanna merapat di Dermaga Batavia pada 23 Februari 1844.
Bahkan kepeduliannya terhadap pendidikan rakyat lokal, dibuktikannya dengan mendirikan ‘Sekolah Pribumi’ yang kini bangunannya beralih fungsi menjadi Mapolwiltabes Bandung.
Kemudian pada 1926, pemerintah Hindia Belanda membangun Stasiun Kereta Api Cikajang, guna menunjang distribusi teh di Jawa Barat selatan, Priangan Timur termasuk Garut.
Stasiun ini pun pernah dirusak Soldadu Jepang pada 1942-1945, Jepang menganggap Cikajang jalur vital pengiriman tentara dari dan menuju Kota Garut.
Sedangkan peninggalan lain di antaranya bangunan bergaya Eropa, menyerupai markas militer, dan perkantoran masa kolonial abad ke-19-20.
Bangunan tersebut, Masjid As-Syura Cipari Pangatikan Garut, dibangun 1896-1936.
********
Pelbagai Sumber/Esay Fotografer : Abah John.